LAPORAN PRAKTIK PROFESI NERS
|
STASE KEPERAWATAN GADAR
|
DI RUANG INSTALASI GAWAT
DARURAT ( IGD )
RUMAH
SAKIT Dr. H. M. ANSARI SALEH BANJARMASIN
OLEH
BAIHAQI,
S.Kep
NPM.
14149013004
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI
NERS B
2014/2015
LAPORAN
PENDAHULUAN
SYOK
HEMORAGIK
A.
PENGERTIAN
Syok adalah suatu keadaan dimana
oksigenasi jaringan dan perfusi jaringan tidak adekuat yang disebabkan karena
adanya gangguan sirkulasi.
Syok perdarahan disebut juga syok
hipovolemia yang diartikan sebagai ketidak-normalan dari sistem peredaran darah
yang mengakibatkan perfusi organ dan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat
akibat dari kehilangan akut volume peredaran darah
B.
ETIOLOGI
Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya
cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada:
1.
Kehilangan darah atau syok
hemoragik karena perdarahan yang mengalir keluar tubuh seperti hematotoraks,
ruptura limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.
2.
Trauma yang berakibat fraktur
tulang besar, dapat menampung kehilangan darah yang besar. Misalnya, fraktur
humerus menghasilkan 500–1000 ml perdarahan atau fraktur femur menampung
1000–1500 ml perdarahan.
3.
Kehilangan cairan intravaskuler
lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein plasma atau cairan
ekstraseluler, misalnya pada:
a.
Gastrointestinal: peritonitis,
pankreatitis, dan gastroenteritis.
b.
Renal: terapi diuretik, krisis
penyakit Addison.
c.
Luka bakar (combustio) dan
anafilaksis.
C.
PATOFISIOLOGI
Syok menunjukkan perfusi jaringan yang
tidak adekuat. Hasil akhirnya berupa lemahnya aliran darah yang merupakan
petunjuk yang umum, walaupun ada bermacam-macam penyebab. Syok dihasilkan oleh
disfungsi empat sistem yang terpisah namun saling berkaitan yaitu ; jantung,
volume darah, resistensi arteriol (beban akhir), dan kapasitas vena. Jika salah
satu faktor ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka
akan terjadi syok. Awalnya tekanan darah arteri mungkin normal sebagai
kompensasi peningkatan isi sekuncup dan curah jantung. Jika syok berlanjut,
curah jantung menurun dan vasokontriksi perifer meningkat.
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu :
1. Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa
sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan
gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan melalui vasokonstriksi untuk
menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan aliran
darah ke tempat yang kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan
vasokonstriksi dan menaikkan volume darah dengan konservasi air. Ventilasi
meningkat untuk mengatasi adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi
pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas otot
jantung untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk
memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal menurun, tetapi
karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk mempertahankan filtrasi
glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun, maka filtrasi glomeruler
juga menurun.
2. Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi
kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung tidak
lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat
tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan bertambah
nyata, gangguan seluler, metabolisme terganggu, produk metabolisme menumpuk,
dan akhirnya terjadi kematian sel.
Dinding pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga
terjadi bendungan vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter
prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali
ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga
dapat terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC = Disseminated Intravascular
Coagulation).
Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor
dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan. Hipoksia dan
anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari jaringan
(histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek syok (vasodilatasi dan
memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia usus menimbulkan penurunan
integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi.
Invasi bakteri dan penurunan fungsi detoksikasi hepar memperjelek
keadaan. Dapat timbul sepsis, DIC bertambah nyata, integritas sistim
retikuloendotelial rusak, integritas mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia
jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik.
Akibatnya terjadi asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat
ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di jaringan.
3. Fase Irrevesibel/Refrakter
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luas sehingga tidak
dapat diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ireversibilitas
syok. Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang
cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun,
dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.
Patofiasiologi Syok Hipovolemik
Tubuh
manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan mengaktivasi sistem fisiologi
utama sebagai berikut: sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan sistem
neuroendokrin.
Sistem
hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan akut dengan
mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah (melalui
pelelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi (juga melalui
pelepasan tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan darah immatur pada sumber
perdarahan. Pembuluh darah yang rusak menghasilkan kolagen, yang selanjutnya
menyebabkan penumpukan fibrin dan menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu
sekitar 24 jam untuk menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi
bentuk yang sempurna.
Sistem
kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik dengan
meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan
vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi akibat peningkatan
pelepasan norepinefrin dan penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur
oleh baroreseptor di arcus caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah
pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan darah ke
otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus
gastrointestinal.
Sistem
renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan sekresi renin dari
apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah angiotensinogen menjadi
angiotensin I, yang selanjutnya akan dikonversi menjadi angiotensin II di
paru-paru dah hati. Angotensin II mempunyai 2 efek utama, yang keduanya
membantu perbaikan keadaan pada syok hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol
otot polos, dan menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan
menyebabkan retensi air.
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan meningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Secara tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle.
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan meningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Secara tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle.
D.
DERAJAT SYOK
Menentukan derajat syok
1. Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti kulit,
lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relatif dapat hidup lebih lama
dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan yang menetap
(irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin normal atau hanya
sedikit menurun, asidosis metabolik tidak ada atau ringan.
2. Syok Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus,
ginjal). Organ-organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama
seperti pada lemak, kulit dan otot. Pada keadaan ini terdapat oliguri (urin
kurang dari 0,5 mg/kg/jam) dan asidosis metabolik. Akan tetapi kesadaran
relatif masih baik.
3. Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi syok
beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok lanjut
terjadi vasokontriksi di semua pembuluh darah lain. Terjadi oliguri dan
asidosis berat, gangguan kesadaran dan tanda-tanda hipoksia jantung (EKG
abnormal, curah jantung menurun).
E.
TAHAPAN SYOK
1. Tahap awal
§
Aktivitas sistim saraf simpatis
melawan sistim saraf parasimpatis.
§
Ditandai oleh vasokonstriksi
selektif: ginjal, otot, kulit dan splanknik -> memperbaiki sirkulasi otak
dan jantung
§
Penurunan aliran darah koroner
mengakibatkan metabolisme anaerob dan dilatasi arteri
§
Ginjal melepaskan hormon epinefrin,
merepinefrin, glikokortikoid, renin – angiotensin – aldosteron
§
Pituitari anterior yang menyebabkan
sekresi ADH
§
Peningkatan produksi energi, volume
sirkulasi, dan konstraktilitas menyebabkan peningkatan CO
2. Tahap lanjut
Bila kompensasi awal gagal, vasokonstriksi berlanjut dengan penurunan
MPA menyebabkan perfusi jaringan tidak adekuat dan hipoksia. Metabolisme
anaerob sistemik memproduksi asam laktat sehingga menyebabkan asidosis
metabolik. Penurunan produksi ATP menyebabkan gangguan transpor membran
sehingga terjadi edema sel dan ruptur sel. Respon renal berlanjut sehingga
memperburuk fungsi jantung. Keadaan ini menyebabkan penurunan CO.
3. Tahap irreversible
Kompensasi tidak mampu mempertahankan perfusi otak jantung. Depresi
fungsi miokard berlanjut. Iskemia otak menyebabkan depresi fungsi neuron
sehingga kehilangan mekanisme kompensasi neuronal sentral. Vasokonstriksi
mikrosirkulasi menyebabkan penurunan veneus return.
Tahap Syok
Hipovolemik
Tahap I :
Tahap I :
§
terjadi bika kehilangan darah 0-10%
(kira-kira 500ml)
§
Terjadi kompensasi dimana biasanya
Cardiak output dan tekanan darah masih dapat Dipertahankan
Tahap II:
§
terjadi apabila kehilanagan darah
15-20%
§
tekanan darah turun, PO2 turun,
takikardi, takipneu, diaforetik, gelisah, pucat.
Tahap III
§
bila terjadi kehilengan darah lebih
dari 25%
§
terjadi penurunan : tekanan darah,
Cardiak output,PO2, perfusi jaringan secara cepat
§
terjadi iskemik pada organ
§
terjadi ekstravasasi cairan
F.
TANDA-TANDA KLINIS
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung
pada usia, kondisi premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya
berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respons
kompensasi. Pasien muda dapat dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan
dengan jumlah sedang dengan vasokonstriksi dan takhikardia. Kehilangan volume
yang cukp besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut,
masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau
singkat. Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan
hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam
beberapa menit.
Adalah penting untuk mengenali tanda-tanda syok,
yaitu:
1.
Kulit dingin, pucat,
dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu berkaitan
dengan berkurangnya perfusi jaringan.
2.
Takhikardia:
peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respons homeostasis penting
untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi
berfungsi mengurangi asidosis jaringan.
3.
Hipotensi: karena
tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dan curah
jantung, vasokonstriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam
mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat
dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak di bawah 70 mmHg.
4.
Oliguria: produksi
urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa
terjadi jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam.
Pada penderita yang mengalami hipovolemia selama
beberapa saat, dia akan menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi seperti:
a. Turunnya
turgor jaringan;
b. Mengentalnya
sekresi oral dan trakhea, bibir dan lidah menjadi kering
c. Bola
mata cekung.
Tabel . Lokasi & Estimasi
Perdarahan
Lokasi
|
Estimasi Perdarahan
|
Fr. Femur tertutup
|
1.5-2 liter
|
Fr.Tibia tertutup
|
0.5 liter
|
Fr. Pelvis
|
3 liter
|
Hemothorax
|
2 liter
|
Fr. Iga (tiap satu)
|
150 ml
|
Luka sekepal tangan
|
500 ml
|
Bekuan darah
sekepal
|
500 ml
|
Tabel. Perdarahan & tanda-tandanya
Perdarahan
|
< 750 ml
|
750-1500 ml
|
1500-2000 ml
|
>2000 ml
|
CRT
|
Normal
|
Memanjang
|
memanjang
|
Memanjang
|
Nadi
|
< 100
|
> 100
|
> 120
|
> 140
|
Tek. sistolik
|
Normal
|
Normal
|
Menurun
|
Menurun
|
Nafas
|
Normal
|
20-30 x/m
|
> 30-40 x/m
|
>35 x/m
|
Kesadaran
|
Sedikit cemas
|
Agak cemas
|
Cemas, bingung
|
Bingung, lesu
|
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
· Pemantauan
Parameter dibawah ini harus dipantau selama stabilisasi dan pengobatan :
denyut jantung, Frekuensi pernafasan, tekanan darah, tekanan vena sentral (CVP)
dan pengeluaran urin. Pengeluaran urin yang kurang dari 30ml/jam (atau 0,5
ml/kg/jam) menunjukkan perfusi ginjal yang tidak adekuat
·
Penatalaksanaan pernafasan
Pasien harus diberikan aliran oksigen yang tinggi melalui masker atau
Kanula. Jalan napas yang bersih harus dipertahankan dengan posisi kepala
dan mandubula yang tepat dan aliran pengisapan darah dan sekret yang sempurna.
Penentuan gas darah arterial harus dilakukan untuk mengamati ventilasi dan
oksigenasi. Jika ditemukan kelainan secara klinis atau laboratorium analisis
gas darah, pasien harus diintubisi dan diventilasi dengan ventilator yang
volumenya terukur. Volume tidal harus diatur sebesar 12 sampai 15 ml/kg,
frekuensi pernapasan sebesar 12-16 permenit. Oksigen harus diberikan
untuk mempertahankan PO2 sekitar 100mmHg. Jika pasien “melawan” terhadap
ventilator, maka obat sedatif atatu pelumpuh otot harus diberikan. Jika cara
pemberian ini gagal untuk menghasilkan oksigenase yang adekuat, atau jika
fungsi paru-paru menurun harus menambahkan 3-10 cm tekanan ekspirasi akhir
positif
· Pemberian
cairan
a. Penggantian cairan harus dimulai
dengan memasukkan larutan ringer laktat atau larutan garam fisiologis secara
cepat. Umumnya paling sidikt 1-2 liter larutan RL harus diberikan dalam 45-60
menit pertama atau bisa lebih cepat lagio bila dibutuhkan. Jika hipotensi dapat
diperbaiki dan tekanan darah tetap stabil, ini merupakan indikasi bahwa
kehilangan darah sudah minimal. Jika hipotensi tetap berlangsung harus
dilakukan tranfusi darah pada pasien ini secepat miungkin dan kecepatan serta
jumalah yang diberikan disesuaikan dari respon yang dipantau.
b. Celana militer
anti syok (MAST = Military Antishock Trousers)
Tekanan berlawanan eksternal dengan pakaian MAST bermanfaat sebagai
terapi tambahan pada terapi penggantian cairan. Pakaian MAST ini dikenakan pada
kedua tungkai atau abdoomen pasien, dan masing-masing ketiga kompartemen
individual ini dapat dikembungkan. Pakaian ini meristribusikan darah dari
ekstremitas bawah ke sirkulasi sentral dan mengurangi darah arterial ke tungkai
dengan memprkecil diameter pembuluh darah.
·
Kontari indikasi pemakaian MAST
ü Edema paru yang
bersamaan
ü Kehamilan . Ini
hanya ber4laku pada kompartemen abdomen
·
Hal yang perlu diperhatikan
ü Pakaian mast
dapat meningkatkan kejadian perdarahan karena cidera diafragmatik.
ü Pemakaian
yang lama (24-48 jam) pada tungkai yang cedera dapat menyebabkan timbulnya
sindrom kompartemen pada fascia.
·
Vasopresor
Pemakain vasopresor pada penangan syok hipovolemik akhir-akhir ini
kurang disukai alasannya adalah bahwa ha ini akan lebih megurangi perfusi
jaringan. Vasopresor dapat diberikan sebagai tindakana sementara untuk
meningkatkan tekanan darah sampai mendapatkan cairan pengganti yang adekuat.
Hal ini terutama bermanfaat bagi pasien yang lebih tua dengan penyakit koroner
atau penyakit pembuluh darah otak yang berat, hal yang digunakan adalah
Norepineorin 4-8 Mg yang dilarutkan dalam 500 ml 5% dekstrosa dalam air ( D5W,
atau metaraminor, 5-10 ml yang dilarutkan dalam 500ml D5W yang bersifat
pasokonstriktor predominan dengan efek yang minimal pada jantung.
Dosis harus disesuaikan dengan tekanan darah.
SHOCK PERDARAHAN DAN THERAPI HEMODILUSI
Transportasi oksigen dilakukan dengan 3 (tiga)
mekanisme (Preszma 1987, Abram, 1993)
a.
Sistem pernapasan.
b.
Sistem sirkulasi.
c.
Sistem Oksihemoglobin (O2Hb)
dalam eritrosit dan transport ke sel jaringan.
1.
Sistem Pernapasan.
Pada perdarahan dan
shock terjadi hipoxia stagnant : gangguan hipoxia anemic. Kadar oksigen dalam
darah arterial (CaO2 ) mnurut rumus Nunn – Freeman adalah :
CaO2 = (Hb X saturasi
O2 X
1,34) + (PO2 X 0,003)
dengan harga normal akan
didapat :
= (15
X 100% X
1,34) + (100
X 0,003)
=
20,1 + 0,3
= 20,4 ml/100 ml darah
penggunaan klinik unsure (PO2
X 0,0003) diabaikan karena
relatif kecil.
2.
Sistem Sirkulasi.
Pada EBV yang beredar 65 – 75 ml/Kg
Perdarahan 5 – 15 ml/Kg (20%) terjadi kompensasi : Tachicardi, kekuatan
kontraksi miocard, vasokonstriksi di arterial dan vena. Vasokonstriksi berupaya
mempertahankan tekanan perfusi untuk
otak dan jantung sehingga jantung bekerja lebih berat mengatasi SVR
Hubungan antara CO,
frekwensi denyut dan stroke Volume (SV)
CO
= F x SV
SV dipengaruhi oleh
EOV – C – SVR.
Available O2
= CO x CaO2
Dalam keadaan normal (Hb. 15 g/dl, SaO2 = 100 %,
CO = 5 Liter
Oksigen tersedia =
50 x 15 x 1 x 1,34 = 1005 ml/mnt
Perdarahan ( Cardiac Ouput = 3 Liter)
Oksigen tersedia =
30 x 15 x 1 x 1,34 = 600 ml/mnt
Hemodilusi = 50 x 10 x
1,34 = 670 ml/mnt
Compensasi = 75 x 10 x 1,34 = 1005 ml/mnt
Kompensasi hanya
mungkin dalam keadaan normovolemia
Tanda dan gejala :
Perfusi
|
Hangat
|
pucat
|
Dingin
|
Basah
|
EBL
|
15 %
|
30 %
|
40 %
|
|
Nadi
|
80
|
100
|
>120
|
>140
|
T. Sistol
|
120
|
100
|
<
90
|
<70
|
Hilang
|
600
|
1200
|
2100
|
|
Infuse
|
1 – 2
L
|
2 – 4
L
|
4-6 L
|
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
|
NOC
|
NIC
|
Defisit volume cairan
|
Pasien akan normovolemik
|
1. Kaji status volume cairan ( TD,
FJ, FP, suhu, bunyi jantung) setiap 1 jam
2. Berikan cairan IV sesuai instruksi
3. Kaji semua data laboratorium
4. Monitor irama jantng
5. Berikan obat dan elektrolit sesuai
instruksi
6. Berikan pengobatan β-adrenerjik
sesuai instruksi
|
Penurunan curah jantung
|
Mempertahankan curah jantung untuk menjamin perfusi
jaringan
|
1. kaji dan pantau status
kardiovaskuler setiap 1-4 jam atau sesuai indikasi ; warna kulit, denyut
nadi, TD, parameter hemodinamik, denyut nadi perifer dan irama jantung
2. Berikan cairan IV sesuai instruksi
3. Berikan dopamine, dobutamin atau
ephinephrin sesuai instruksi untuk mempertahankan TD yang memadai ( > 90
mmHg sistolik)
4. Berikan Nipride sesuai instruksi
5. Pantau Hb dan Ht
6. Pantau Asidosis dengan AGd setiap
hari
|
Resiko tinggi terhadap infeksi
|
Cegah infeksi nosokomial dan tangani mikroorganisme
yang teridentifikas
|
1. Dapatkan biakan darah sesuai
instruksi
2. Dapatkan urin, sputum dan drainase
luka untuk biakan sesuai indikasi
3. Temani pasien pada pemeriksaan
radiologi diagnostic
4. Pantau S, VS dan SDP
5. Berikan antibiotic sesuai
instruksi
6. Pantau kadar obat antibiotic
sesuai instruksi
7. Berikan obat-obat lain :
Antihistamin, NSAIDs, antibody
monoclonal, steroid
8. Gunakan teknik aseptic yang ketat
saat menangani aliran infasive, kateter, selang-selang dsb
|
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Syok hemoragik, transfusi masif dan komplikasi
http://sezziipeh.blogspot.com/2012/08/syok-hemoragik-transfusi-masif-dan.html Diakses
tanggal 08 Januari 2015
Eliastham,
Michael. Dkk. Buku Saku Penuntun Kedaruratan Medis (5 ed.).1998. Jakarta. EGC
Jevan, Philip,
Beverley ewens, melame Humprays. 2008. Nursing Medical Emergency patiens ( 3
Ed.) Blackwell: United Kingdom
Urden,L.
D;Stesi, K.M. &Lough, M.E. (2006). Critical care Nursing: Diagnosis and
management (5 ed.. Misouri: Mosby
No comments:
Post a Comment