LAPORAN PENDAHULUAN
1. Masalah
Utama
Defisit
Perawatan Diri
2. Proses
Terjadinya Masalah
a.
Pengertian
Defisit
perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan
kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri
seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (toileting)
b.
Etiologi
Penyebab kurang perawatan diri
adalah:
1.
Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan
klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan
kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2.
Faktor presipitasi
Beberapa faktor
persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang kurang perawatan diri.
Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai
stressor antara lain:
a. Body image
Gambaran individu
terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam
kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosioekonomi
Personal hygiene memerlukan alat
dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang
semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d.
Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat
penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien penderita diabetes mellitus dia harus menjaga kebersihan kakinya. Yang
merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, hambatan lingkungan, cemas, lelah
atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri (Nanda, 2006).
3. Dampak yang sering timbul pada
masalah personal hygiene menurut yaitu :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang
diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan
baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik
pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan
dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan
dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.
c.
Pohon
Masalah
Gangguan pemeliharaan kesehatan
Defisit perawatan diri : mandi,
berhias
|
Defisit perawatan diri : mandi, ber core problem
Isolasi sosial : menarik diri
Skema 1 : pohon masalah
defisit perawatan diri : mandi, berhias
(Sumber : Keliat, 2006)
d.
Tanda
dan Gejala
a. gangguan kebersihan diri,
ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang
dan kotor.
b. ketidakmampuan berhias atau
berdandan, ditandai dengan rambut acakacakan, pakaian kotor dan tidak rapi,
pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita
tidak berdandan.
c. ketidakmampuan makan secara mandiri,
ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya.
d. ketidakmampuan BAB atau BAK
secara mandiri, ditandai dengan BAB atau BAK tidak pada tempatnya, tidak
membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau BAK.
e.
Manifestasi
Klinis
Adapun jenis dan karakteristik
kurang perawatan diri tanda dan gejala menurut meliputi :
1. Kurang perawatan diri mandi atau
hygiene
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi
aktivitas mandi atau kebersihan diri secara mandiri, dengan batasan
karakteristik ketidakmampuan klien dalam memperoleh atau mendapatkan sumber
air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan
tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
2. Kurang perawatan diri berpakaian
atau berhias
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi
aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri, dengan batasan
karakteristik ketidakmampuan klien dalam mengenakan pakaian dalam, memilih
pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan
pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
3. Kurang perawatan diri makan
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi
aktivitas makan, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu
memasukkannya ke mulut, melengkapi
makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil
cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
4. Kurang perawatan diri toileting
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi
aktivitas toileting, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien
dalam pergi ke toilet atau menggunakan pispot, duduk atau bangkit dari jamban,
memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB atau
BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
f.
Proses
Keperawatan
A. Pengkajian
Kurangnya
perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan
proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan
diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting {Buang
Air Besar (BAB)/Buang Air Kecil(BAK)} secara mandiri.
Untuk
mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang perawatan diri maka tanda dan
gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu:
·
Gangguan kebersihan
diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku
panjang dan kotor.
·
Ketidakmampuan
berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak
rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien
wanita tidak berdandan.
·
Ketidakmampuan makan
secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya.
·
Ketidakmampuan BAB/BAK
secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak
membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK
B.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang didapat ditetapkan diagnosa
keperawatan :
Kurang
Perawatan Diri : - Kebersihan diri
- Berdandan
- Makan
-
BAB/BAK
C. Tindakan
keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan:
·
Pasien
mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
·
Pasien
mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
·
Pasien
mampu melakukan makan dengan baik
·
Pasien
mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
b. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara-cara
perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, perawat
dapat melakukan tahapan tindakan
yang meliputi:
·
Menjelasan
pentingnya menjaga kebersihan diri.
·
Menjelaskan
alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
·
Menjelaskan
cara-cara melakukan kebersihan diri
·
Melatih
pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2) Melatih pasien berdandan/berhias
Perawat
dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita.
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
·
Berpakaian
·
Menyisir rambut
·
Bercukur
Untuk
pasien wanita, latihannya meliputi :
·
Berpakaian
·
Menyisir rambut
·
Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
Untuk melatih makan pasien, perawat dapat melakukan tahapan sebagai berikut:
·
Menjelaskan
cara mempersiapkan makan
·
Menjelaskan
cara makan yang tertib
·
Menjelaskan cara
merapihkan peralatan makan setelah makan
·
Praktek
makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Mengajarkan
pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
Saudara dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK
mandiri sesuai tahapan berikut:
·
Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
·
Menjelaskan
cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
·
Menjelaskan
cara membersihkan tempat BAB dan BAK
SP1 Pasien:
Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan melatih pasien tentang cara-cara
perawatan kebersihan diri
Orientasi
“Selamat pagi,
kenalkan saya perawat S”
”Namanya
siapa, senang dipanggil siapa?”
”Saya dinas
pagi di ruangan ini pk. 08.00-14.00. Selama di rumah sakit ini saya yang
akan merawat T”
“Dari tadi saya lihat T
menggaruk-garuk badannya, gatal ya?”
” Bagaimana
kalau kita bicara tentang kebersihan diri ? ”
” Berapa lama
kita berbicara? 20 menit ya....? Mau dimana...? disini aja ya”
Kerja
“Berapa kali T mandi
dalam sehari? Apakah T sudah mandi hari ini? Menurut T apa kegunaannya mandi
?Apa alasan T sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut T apa manfaatnya
kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang
tidak merawat diri dengan baik seperti
apa ya...?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak teratur
menjaga kebersihan diri masalah apa menurut T
yang bisa muncul ?” Betul ada kudis, kutu...dsb”
“Apa yang T lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja T
menyisir rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan
berdandan?”
(Contoh untuk pasien laki-laki)
“Berapa kali T
cukuran dalam seminggu? Kapan T cukuran terakhir? Apa gunanya cukuran? Apa
alat-alat yang diperlukan?”.
Iya... sebaiknya cukuran 2x perminggu, dan ada alat cukurnya?”. Nanti bisa
minta ke perawat ya.
“Berapa kali T
makan sehari?
”Apa pula yang
dilakukan setelah makan?” Betul, kita harus sikat gigi setelah makan.”
“Di mana biasanya T berak/kencing?
Bagaimana membersihkannya?”. Iya... kita kencing dan berak harus di WC,
Nah... itu WC di ruangan ini, lalu jangan lupa membersihkan pakai air dan
sabun”.
“Menurut T kalau mandi itu kita harus
bagaimana ? Sebelum mandi apa yang perlu kita persiapkan? Benar sekali..T
perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampo dan sabun serta
sisir”.
”Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar
mandi, saya akan membimbing T melakukannya.
Sekarang T siram seluruh tubuh T termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokkan
pada kepala T sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus sekali..
Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram
dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya disikat
mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi T mulai dari depan sampai
belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh
tubuh T sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. T bagus sekali
melakukannya. Selanjutnya T pakai baju dan sisir rambutnya dengan baik.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah mandi dan mengganti
pakaian ? Coba T sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang
sudah T lakukan tadi ?”
”Bagaimana perasaan T setelah kita mendiskusikan
tentang pentingnya kebersihan diri tadi ? Sekarang coba T ulangi lagi
tanda-tanda bersih dan rapi”
”Bagus sekali mau berapa kali T mandi dan sikat
gigi...? dua kali pagi dan sore, Mari...kita masukkan dalam
jadual aktivitas harian. Nah... lakukan ya T..., dan beri tanda kalau sudah
dilakukan misalnya M (mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan)
kalau diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) tidak melakukani? Baik besok
lagi kita latihan berdandan, oke? Pagi-pagi sehabis makan ya....”
“ Assalamu’alaikum”
|
SP
2 Pasien : Percakapan saat melatih pasien laki-laki berdandan:
a) Berpakaian
b) Menyisir
rambut
c) Bercukur
Orientasi
“Selamat pagi T...”
“Bagaimana perasaan T hari ini? Bagaimana mandinya? Sudah dilakukan? Sudah ditandai
di jadual hariannya?”
“Hari ini kita akan
latihan berdandan, mau dimana latihannya. Bagaimana kalau di ruang tamu ? lebih
kurang setengah jam”.
Kerja
“Apa yang T lakukan setelah
selesai mandi ? Apa T sudah ganti baju?
“Untuk berpakaian, pilihlah
pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang bersih 2x/hari. Sekarang
coba bapak ganti baju.. Ya, bagus seperti itu”.
“Apakah T menyisir rambut ? Bagaimana cara bersisir
?”Coba kita praktekkan, lihat ke cermin, bagus…sekali!
“Apakah T suka bercukur ?Berapa hari sekali
bercukur ?” betul 2 kali perminggu
“Tampaknya
kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari T dirapikan! Ya, Bagus !”
Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah berdandan”.
“Coba T, sebutkan cara berdandan yang baik
sekali lagi”..
“Selanjutnya T setiap hari setelah mandi
berdandan dan pakai baju seperti tadi ya! Mari kita masukan pada jadual
kegiatan harian, pagi jam berapa, lalu sore jam berapa?
“Nanti siang kita latihan
makan yang baik. Di ruang makan bersama dengan pasien
yang lain ya...”
“Assalamu’alaikum”
SP
2 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita
a) Berpakaian
b) Menyisir
rambut
c) Berhias
Orientasi
“Selamat pagi, bagaimana
perasaaan T hari ini? Bagaimana mandinya?”
“Sudah di tandai dijadual harian?”
“Hari ini kita akan latihan
berdandan supaya T tampak rapi dan cantik. Mari T kita dekat cermin dan bawa
alat-alatnya (sisir, bedak, lipstik)
Kerja
“Sudah diganti tadi
pakaianya sehabis mandi? Bagus….! Nah…sekarang disisir rambutnya yang rapi, bagus…!
Apakah T biasa pakai bedak?” Coba dibedakin
mukanya T, yang rata dan tipis. Bagus sekali.” “ T,
punya lipstik mari dioles tipis. Nah…coba lihat dikaca!
Terminasi
“Bagaimana perasaan T belajar berdandan”
“T jadi tampak segar dan cantik, mari masukkan dalam
jadualnya. Kegiatan harian, sama jamnya dengan mandi. Nanti siang kita latihan
makan yang baik di ruang makan bersama pasien yang lain”.
“Assalamu’alaikum”
SP 3 Pasien : Percakapan melatih pasien makan secara mandiri
a)
Menjelaskan
cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan
cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d)
Praktek
makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
Orientasi
“Selamat siang T,”
” Wow...masih rapi ya T”.
“Siang ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang
baik. Kita latihan
langsung di ruang makan ya..!” Mari...itu sudah datang makanan.“
Kerja
“Bagaimana kebiasaan sebelum,
saat, maupun setelah makan? Dimana T makan?”
“Sebelum makan kita harus cuci
tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan! “Bagus! Setelah itu kita duduk
dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu. Silakan T yang pimpin!. Bagus..
“Mari kita makan.. saat makan
kita harus menyuap makanan satu-satu dengan pelan-pelan. Ya, Ayo...sayurnya
dimakanya.”“Setelah makan kita bereskan piring,dan gelas yang kotor. Ya betul.. dan kita akhiri
dengan cuci tangan. Ya bagus!” Itu perawat A sedang bagi obat, coba...T
minta sendiri obatnya.”
Terminasi
“Bagaimana
perasaan T setelah kita makan bersama-sama”.
”Apa
saja yang harus kita lakukan pada saat makan?” (cuci tangan, duduk yang baik,
ambil makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas, lalu cuci
tangan)
”Nah...
coba T lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam jadual? Besok kita ketemu lagi untuk latihan BAB / BAK yang
baik, bagaiman kalau jam 10.00 disini saja ya...!”
“Assalamu’alaikum”
SP 4 Pasien : Percakapan mengajarkan pasien
melakukan BAB/BAK secara mandiri
a)
Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah
BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB
dan BAK
Orientasi
“Selamat pagi T ? Bagaimana
perasaan T hari ini ?” Baik..! sudah
dijalankan jadual kegiatannya..?”
“Kita akan membicarakan tentang
cara berak dan kencing yang baik?
“ Kira-kira 20 menit ya...T.
dan dimana kita duduk? Di sana aja ya...!
Kerja
Untuk pasien pria:
“Dimana biasanya T berak dan
kencing?” “Benar T, berak atau kencing yang baik itu di WC/kakus, kamar mandi
atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di
sembarang tempat ya.....”
“Sekarang, coba T jelaskan kepada saya bagaimana cara T cebok?”
“Sudah bagus ya T, yang perlu
diingat saat T cebok adalah T membersihkan anus atau kemaluan dengan air yang
bersih dan pastikan tidak ada tinja/air
kencing yang masih tersisa di tubuh T”.
“Setelah T selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC
dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya
sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika T membersihkan tinja/air kencing seperti
ini, berarti T ikut mencegah menyebarnya
kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing”
“Setelah selesai membersihan
tinja/air kencing, T perlu merapihkan kembali pakaian sebelum keluar
dari WC/kakus/kamar mandi. Pastikan resleting celana telah tertutup rapi, lalu
cuci tangan dengan menggunakan sabun.”
Untuk pasien wanita:
“Cara cebok yang bersih setelah
T berak yaitu dengan menyiramkan air
dari arah depan ke belakang. Jangan terbalik ya, …… Cara seperti ini berguna
untuk mencegah masuknya kotoran/tinja yang ada di anus ke bagian kemaluan
kita”
“Setelah T selesai cebok,
jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC dibersihkan. Caranya siram
tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air kencing itu
tidak tersisa di kakus/ WC. Jika T
membersihkan tinja/air kencing seperti ini, berarti T ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya
yang ada pada kotoran/ air kencing”
“Jangan lupa merapikan kembali
pakaian sebelum keluar dari WC/kakus, lalu cuci tangan dengan menggunakan
sabun.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah
kita membicarakan tentang cara berak/kencing yang baik?”
“Coba T jelaskan ulang tentang
cara BAB?BAK yang baik.” Bagus...!
“Untuk selanjutnya T bisa melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi ”.
“ Nah...besok kita ketemu lagi,
untuk melihat sudah sejauhmana T bisa melakukan jadual kegiatannya.”
“Assalamu’alaikum”
2. Tindakan keperawatan pada keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga
mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kurang
perawatan diri.
b. Tindakan keperawatan
Untuk
memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang baik maka
Saudara harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat meneruskan
melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan dirinya
meningkat. Tindakan yang dapat Saudara lakukan:
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah
yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk
mengurangi stigma
3) Diskusikan dengan keluarga tentang
fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam
merawat diri pasien dan
membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadual
yang
telah disepakati).
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian
atas keberhasilan
pasien
dalam merawat diri.
6)
Latih keluarga cara merawat pasien dengan defisit
perawatan diri
SP1 Keluarga: Memberikan pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang masalah perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah kurang perawatan diri
Orientasi
“Selamat pagi Pak/Bu, saya S, perawat yang
merawat T”
“Apa pendapat Bapak tentang anak Bapak, T?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah
yang dialami T dan bantuan apa yang dapat diberikan.”
“Berapa lama waktu Bapak/ Ibu yang tersedia?, bagaimana
kalau 20 menit?, mari kita duduk di kantor perawat!”
Kerja
“Apa saja masalah yang Bapak/ Ibu rasakan dalam merawat T ?” Perawatan
diri yang utama adalah kebersihan diri, berdandan, makan dan BAB/BAK”
“Perilaku
yang ditunjukkan oleh T itu dikarenakan gangguan jiwanya yang membuat pasien
tidak mempunyai minat untuk mengurus diri sendiri. Baik...akan saya jelaskan ;
untuk kebersihan diri, kami telah melatih T untuk mandi, keramas, gosok gigi,
cukuran, ganti baju, dan potong kuku. Kami harapkan Bapak/Ibu dapat menyediakan
alat-alatnya. T juga telah mempunyai jadual pelaksanaanya untuk berdandan,
karena anak Bapak/ Ibu perempuan, kami harapkan dimotivasi sehabis mandi untuk
sisiran yang rapi, pakai bedak,dan lipstik. Untuk makan, sebaiknya makan bersama
keluarga dirumah, T telah mengetahui lanhkah-langkahnya: Cuci tangan, ambil
makanan, berdoa, makan yang rapih, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan.
Sebaiknya makan pas jam makan obat, agar sehabis makan langsung makan obat. Dan
untuk BAB?BAK, dirumah ada WC Bapak/Ibu ?Iya..., T juga sudah belajar BAB/BAK
yang bersih. Kalau T kurang
motivasi dalam merawat diri apa yang
bapak lakukan?
Bapak juga
perlu mendampinginya pada saat merawat diri sehingga dapat diketahui apakah T
sudah bisa mandiri atau mengalami hambatan dalam melakukannya.”
”Ada yang Bapak/Ibu tanyakan?”
Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak?Ibu setelah kita bercakap-cakap?”
“Coba Bapak/Ibu sebutkan lagi apa saja
yang harus diperhatikan dalam membantu anak Bapak, T dalam merawat diri.”
” Baik nanti kalau Bapak/Ibu besuk bisa ditanyakan
pada T.”
“Dan di rumah nanti, cobalah Bapak/Ibu mendampingi dan
membantu T saat membersihkan diri.”
“Dua hari lagi kita akan ketemu dan Bapak/Ibu akan
saya dampingi untuk memotivasi T dalam merawat diri. Assalamu’alaikum”
SP
2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien
Orientasi
“Assalamualaikum Bapak/Ibu
sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana Bapak/Ibu, ada
pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan
cara-cara merawat tersebut ya pak?”
“Kita akan coba disini dulu,
setelah itu baru kita coba langsung menemui T ya?”
“Berapa lama ada waktu
Bapak/Ibu?”
Kerja
“Sekarang anggap saya adalah T, coba bapak
praktekkan cara memotivasi T untuk mandi, berdandan, buang air, dan makan”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan
pujian kepada T”
“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi T minum
obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah
mengerti cara merawat T”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya
langsung kepada T?”
(Ulangi lagi semua cara di atas langsung kepada pasien)
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak dan
ibu setelah kita berlatih cara merawat T ?”
“Setelah ini coba bapak dan
ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu membesuk T”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi
bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba lagi cara merawat T
sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu
bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita
ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
“Assalamu’alaikum”
|
SP
3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Orientasi
“Assalamualaikum Bapak/Ibu
hari ini T sudah boleh pulang, untuk itu perlu dibicarakan jadual T selama di rumah”
“Bagaimana pak, bu, selama
bapak dan ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat T?”
“Nah sekarang mari kita
bicarakan jadual di rumah tersebut disini saja?”
“Berapa lama bapak dan ibu
punya waktu?”
KERJA
“Pak, Bu...,ini jadual kegiatan T dirumah sakit, coba
perhatikan apakah dapat dilaksanakan di rumah?
“Pak/B, .jadual
yang telah dibuat selama T di rumah sakit tolong dilanjutkan di rumah, baik
jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu
diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu dan
bapak selama di rumah. Kalau misalnya T menolak terus menerus untuk makan,
minum, dan mandi serta menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain, maka segera hubungi perawat A di Puskesmas.......... yang terdekat dari rumah ibu dan
bapak, ini nomor telepon puskesmasnya...............”
“Selanjutnya perawat A yang akan membantu memantau
perkembangan T selama di rumah”
Terminasi
“Bagaimana Pak, Bu...ada yang
belum jelas? Ini jadual harian T untuk dibawa pulang.” Dan ini surat rujukan untuk
perawat A di puskesmas”
“Jangan lupa kontrol ke
Puskesmas sebelum obat habis, atau ada gejala-gejala yang tampak.”
“ Silahkan selesaikan administrasinya. Assalamu’alaikum””
|
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito,
L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa
keperawatan (terjemahan), Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa
Semarang :RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
Tim
Direktorat Keswa, Standar Asuhan
Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000
No comments:
Post a Comment