Monday, 9 November 2015

Laporan Pendahuluan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)



 
2.1 Pengertian

       Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir  (Amru sofian,2012).
        Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru alhir yang berat badannya 2500 gram atau lebih rendah. Dalam definisi ini tidak termasuk bayi-bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gram. (Nugroho Iman santosa)
         Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (WHO). Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
         Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong,2009).
         BBLR merupakan bayi (neonates) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayah,2005).




2.2 Klasifikasi BBLR

     Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan dalam beberapa macam (Abdul Bari saifuddin,2001) :
1.        Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2.        Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari 1500 gram.
3.        Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram.
Sedangkan menurut  WHO  membagi Umur kehamilan dalam tiga kelompok :
1.        Preterm   : kurang dari 37 minggu lengkap.
2.        Aterm     : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap.
3.        Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.
Ada dua macam BBLR yaitu :
1.        Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi yang dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2.        Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi itu.

2.3    Etiologi

                 Menurut huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah,yaitu :

1.      Prematur Murni
Premature Murni adalah neonates dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan atau disebut juga neonates preterm atau BBLR. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan premature atau BBLR adalah :
a.       Faktor ibu :
·         Riwayat kelahiran premature sebelumnya.
·         Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
·         Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
·         Penyakit ibu : HT, jantung, gangguan pembuluh darah  (perokok).
·         Primigravidarum.
·         Usia ibu  <  20 tahun.
b.      Faktor kehamilan
c.       Faktor janin
Seperti cacat bawaan,infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda, anomaly congenital.
d.      Faktor kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan.

Karakteristik yang dapat ditemukan pada Premature Murni adalah :
·         LK <33 cm, LD < 30 cm.
·         Gerakan otot bmasih hipotonis.
·         Umur kehamilan <37 minggu.
·         Kepala lebih besar dari badan dan memiliki rambut tipis dan halus.
·         Pernapasan belum normal dan sering terserang apnea.
·         Kulit tipis, lanugo banyak terutama pada bagian dahi dan pelipis lengan.
·         Genetelia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.
·         Reflek menelan dan reflek batuk masih lemah.

2.      Dismature
Dismatur(IUGR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan. Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu :
a.       Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu.
b.      Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir. Factor-faktor yang mempengaruhi BBLR pada dismatur adalah :
·         Faktor ibu (HT,GGK,perokok,DM,toksemia, dan hipoksia ibu)
·         Faktor utery dan plasenta (uterus bicornis,infark plasenta,insersi tali pusat).
·         Faktor janin (kelainan kromosom,gamelli,cacat bawaan, infeksi dalam kandungan)
·         Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah.

2.4    Patofisiologi (Pathway)




 
2.5    Manisfestasi Klinis
        Menurut Huda dan Hardhi. (2013) tanda dan gejala dari bayi berat badan rendah adalah :
1.      Sebelum lahir
·         Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
·         Pergerakan janin  lebih lambat.
·         Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang seharusnya.
2.      Setelah bayi lahir
·         Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin.
·         Bayi premature yang alhir sebelum kehamilan 37 minggu.
·         Bayi small for date sama dengan bayi retradasi pertumbuhan intra uterine.
·         Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
         Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1.        Berat badan dari 2500 gram.
2.        Panjang kurang dari 45 cm.
3.        LD < 30 cm.
4.        LK < 33 cm.
5.        Umur kehamilan  < 37 minggu
6.        Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
7.        Otot hipotonik lemah.
8.        Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
9.        Ekstremitas : paha abduks, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus.

2.6  Komplikasi BBLR 

Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya menurut Mitayanti, 2009 yaitu :
1.      Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada bayi).
2.      Hipoglikemia simtomatik.
3.      Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk yang berikutnya.
4.      Asfiksia neonetorom.
5.      Hiperbulirubinemia.

2.7. Pemeriksaan Diagnostik

1.        Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.
2.        Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.
3.        Titer torch sesuai indikasi.
4.        Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.
5.        Pemantauan elektrolit.
6.        Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)

2.8.Penatalaksanaan BBLR

1.      Penanganan bayi.
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi. Maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.
2.      Pelestarian suhu tubuh.
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam incubator maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35C dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg adalah 34c. bila tidak ada incubator hanya dipakai popok untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit,pernafasan, kejang dan sebagainyasehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin.
3.      Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju. Sebelum memasukan bayi kedalam incubator. Incubator terlebih dahulu dihangatkan sampai sekitar 29,4 C untuk bayi dengan BB 1,7 kg dan 32,20 C untuk bayi yang lebih kecil.
4.      Pemberian oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box.
5.      Pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
§  Mencuci tangan samoai kesiku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit.
§  Mencuci tangan dengan zat antiseptic sebelum dan sesudah memegang bayi.

6.      Pemberian makanan.
Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk membantu terjadinya hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI merupakan pilihan utama, dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 mllarutan glucose 5% yang steril untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gram.
       
2.9. Rencana Asuhan Keperawatn
  
2.9.1. Pengkajian
a.       Biodata klien : nama,tempat lahir, jenis kelamin.
b.      Orang tua      : nama ayah/ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan dan alamat.
c.       Riwayat kesehatan :

1.        Riwayat antenatal :
§  Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, HT,gizi buruk,merokok, ktergantungan obat-obatan,DM, penyakit kardiovaskuler dan paru.
§  Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,kelainan congenital.
§  Riwayat komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengat permasalahan pada bayi baru lahir.
§  Kala I : perdarahan antepartumbaik solusio plasenta maupun plasenta previa.
§  Kala II :persalinan dengan tindakan pembedahan, karena pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat  menekan system pusat pernafasan.

2.        Riwayat post natal :
§  Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua (0-3), asfiksia berat (4-6), asfiksia sedang (7-10) asfiksia ringan.
§  Berat badan lahir : preterm atau BBLR < 2500 gram, untuk aterm 2500 gram,  LK  kurang atau lebih dari normal (34-36)
§  Pola nutrisi yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointestinal, muntah, aspirasi, kelemahan  menghisap sehingga perlu diberikan cairan parenteral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
§  Pola eliminasi yang perlu dikaji pada neonates adalah BAB : frekuensi,jumlah,konsisten. BAK : frekuensi dan jumlah.
§  Latar belakang sosial budaya kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, obat-obatan jenis psikotropika, kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, dan kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantangan makanan tertentu.
§  Hubungan psikologis . sebaiknya segera setelah bayi baru alhir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan.
§  Keadaan umum : pada neonates dengan BBLR keadaannya lemah dan hanya merintih.kesadaran neonates dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukan kondisi neonatos yang baik.
§  Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Suhu normal pada tubuh bayi n (36 C-37,5C), nadi normal antara (120-140 x/m), untuk respirasi normal pada bayi (40-60 x/m), sering pada bayi post asfiksia berat respirasi sering tidak teratur.
§  Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
§  Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
§  Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukan refleksi terhadap cahaya.
§  Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lender.
§  Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
§  Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.
§  Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonates pendek.
§  Thorak : bentuk simetris,terdapat tarikan intercostals,perhatikan suara wheezing dan ronchi,frekwensi bunyi jantung lebih dari 100x/m.
§  Abdomen : bentuk silindris,hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah ascus costae pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma,bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI tract belum sempurna.
§  Umbilicus : tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak adanya tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
§  Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonates laki-laki, neonates perempuan lihat labia mayir dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
§  Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja,frekwensi buang air besar serta warna dari feces.
§  Ekstremitas : warna biru,gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
§  Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat rflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang.

2.9.2        Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR yaitu:
1.      Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolik
2.      Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk)
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
4.      Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
5.      Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.
6.      Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system sraf sentral dan respons stress fisiologis imatur.
7.      Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.
8.      Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
9.      Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban kulit.
10.  Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat sembuh.

    2.9.3 Rencana Keperawatan

1.    Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolic.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif.

Kriteria hasil:
§  Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
§  Membran mukosa merah muda.

Intervensi
Rasional
Mandiri:
§  Kaji frekwensi dan pola pernapasan, perhatikan adanya apnea dan perubahan frekwensi jantung.
§  Isap jalan napas sesuai kebutuhan

§  Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan popok dibawah bahu untuk menghasilkan hiperekstensi
§  Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang akan memperberat depresi pernapasan pada bayi  

Kolaborasi :
§  Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
§  Berikan oksigen sesuai indikasi
§  Berikan obat-obatan yang sesuai indikasi

§  Membantu dalam membedakan periode perputaran pernapasan normal dari serangan apnetik sejati, terutama sering terjadi pad gestasi minggu ke-30
§  Menghilangkan mukus yang neyumbat jalan napas
§  Posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apnea, khususnya bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnea
§  Magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan dan aktifitas SSP
§  Hipoksia, asidosis netabolik, hiperkapnea, hipoglikemia, hipokalsemia dan sepsis memperberat serangan apnetik
§  Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan fungsi pernapasan


2.       Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk).

Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan.

 Kriteria hasil :
§  Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 – 37,50C).

Intervensi
Rasional
Mandiri :
§   Kaji suhu dengan memeriksa suhu rektal pada awalnya, selanjutnya periksa suhu aksila atau gunakan alat termostat dengan dasar terbuka dan penyebar hangat.
§   Tempatkan bayi pada inkubator atau dalam keadaan hangat
§   Pantau sistem pengatur suhu , penyebar hangat (pertahankan batas atas pada 98,6°F, bergantung pada ukuran dan usia bayi)
§   Kaji haluaran dan berat jenis urine
§   Pantau penambahan berat badan berturut-turut. Bila penambahan berat badan tidak adekuat, tingkatkan suhu lingkungan sesuai indikasi. 
§   Perhatikan perkembangan takikardia, warna kemerahan, diaforesis, letargi, apnea atau aktifitas kejang.

Kolaborasi :
§  Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi (GDA, glukosa serum, elektrolit dan kadar bilirubin)
§  Berikan obat-obat sesuai dengan indikasi :  fenobarbital
§   Hipotermia membuat bayi cenderung merasa stres karena dingin, penggunaan simpanan lemak tidak dapat diperbaruai bila ada dan penurunan sensivitas  untuk meningkatkan kadar CO2 atau penurunan kadar O2.
§   Mempertahankan lingkungan termonetral, membantu mencegah stres karena dingin
§   Hipertermi dengan peningkatan laju metabolisme kebutuhan oksigen dan glukosa serta kehilangan air dapat terjadi bila suhu lingkungan terlalu tinggi.
§   Penurunan keluaran dan peningkatan berat jenis urine dihubungkan dengan penurunan perfusi ginjal selama periode stres karena rasa dingin
§   Ketidakadekuatan  penambahan berat badan meskipun masukan kalori adekuat dapat menandakan bahwa kalori digunakan untuk mempertahankan suhu lingkungan tubuh, sehingga memerlukan peningkatan suhu lingkungan.
§   Tanda-tanda hip[ertermi ini dapat berlanjut pada kerusakan otak bila tidak teratasi.
§   Stres dingin meningkatkan kebutuhan terhadap glukosa dan oksigen serta dapat mengakibatkan masalah asam basa bila bayi mengalami metabolisme anaerobik bila kadar oksigen yang cukup tidak tersedia. Peningkjatan kadar bilirubin indirek dapat terjadi karena pelepasan asam lemak dari meta bolisme lemak coklat dengan asam lemak bersaing dengan bilirubin pada pada bagian ikatan di albumin.
§   Membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahan fungsi SSP yang disebabkan hipertermi
§   Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hiportemia dan hipertermia











































      
3.        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.

        Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan.

        Kriteria hasil :
§  Bayi mendapat kalori dan nutrient esensial yang adekuat.
§  Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal dengan penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.

Intervensi
Rasional
Mandiri :
§  Kaji maturitas refleks berkenaan dengan pemberian makan (misalnya : mengisap, menelan, dan batuk)
§  Auskultasi adanya bising usus, kaji status fisik dan statuys pernapasan
§  Kaji berat badan dengan menimbang berat badan setiap hari, kemudian dokumentasikan pada grafik pertumbuhan bayi
§  Pantau masuka dan dan pengeluaran. Hitung konsumsi kalori dan elektrolit setiap hari
§  Kaji tingkat hidrasi, perhatikan fontanel, turgor kulit, berat jenis urine, kondisi membran mukosa, fruktuasi berat badan.
§  Kaji tanda-tanda hipoglikemia; takipnea dan pernapasan tidak teratur, apnea, letargi, fruktuasi suhu, dan diaphoresis. Pemberian makan buruk, gugup, menangis, nada tinggi, gemetar, mata terbalik, dan aktifitas kejang.

Kolaborasi :
§  Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi :  Glukas serum. Nitrogen urea darah, kreatin, osmolalitas serum/urine, elektrolit urine
§  Berikan suplemen elektrolit sesuai indikasi misalnya kalsium glukonat 10%
§  Menentukan metode pemberian makan yang tepat untuk bayi
§  Pemberian makan pertama bayi stabil memiliki peristaltik dapat dimulai 6-12 jam setelah kelahiran. Bila distres pernapasan ada  cairan parenteral di indikasikan dan cairan peroral harus ditunda
§  Mengidentifikasikan adanya resiko derajat dan resiko terhadap pola pertumbuhan. Bayi SGA dengan kelebihan cairan ekstrasel kemungkinan kehilangan 15% BB lahir. Bayi SGA mungkin telah mengalami penurunan berat badan dealam uterus atau mengalami penurunan simpanan lemak/glikogen.
§  Memberikan informasi tentang masukan aktual dalam hubungannya dengan perkiraan kebutuhan untuk digunakan dalam penyesuaian diet.
§  Peningkatan kebutuhan metabolik dari bayi SGA dapat meningkatkan kebutuhan cairan. Keadaan bayi hiperglikemia dapat mengakibatkan diuresi pada bayi. Pemberian cairan intravena mungkin diperlukan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan, tetapi harus dengan hati-hati ditangani untuk menghindari kelebihan cairan
§  Karena glukosa adalah sumber utama dari bahan bakar untuk otak, kekurangan dapat menyebabkan kerusakan SSP permanen.hipoglikemia secara bermakna meningkatkan mobilitas mortalitas serta efek berat yang lama bergantung pada durasi masing-masing episode.


Kolaborasi :
§  Hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3 jam lahir bayi SGA saat cadangan glikogen dengan cepat berkurang dan glukoneogenesis tidak adekuat karena penurunan simpanan protein obat dan lemak.
§  Mendeteksi perubahan fungsi ginjal berhubungan dengan penurunan simpanan nutrien dan kadar cairan akibat  malnutrisi.
§  Ketidakstabilan metabolik pada bayi SGA/LGA dapat memerlukan suplemen untuk mempertashankan homeostasis.


4.      Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif.

                       Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi.

                        Kriteri hasil :
§  Suhu tubuh dalam batas normal
§  Tidak ada tanda-tanda infeksi.
§  Leukosit 5.000-10.000

Intervensi
Rasional
Mandiri :
§  Kaji adanya tanda – tanda  infeksi
§  Lakukan isolasi bayi lain yang menderita infeksi sesuai kebijakan insitusi
§  Sebelum dan setelah menangani bayi, lakukan pencucian tangan
§  Yakinkan semua peralatan yang kontak dengan bayi bersih dan steril
§  Cegah personal yang mengalami infeksi menular untuk tidak kontak langsung dengan bayi.
§  Untuk mengetahui lebih dini adanya tanda-tanda terjadinya infeksi
§  Tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan terjadinya infeksi  yang lebih luas
§  Untuk mencegah terjadinya infeksi
§  Untuk mencegah terjadinya infeksi
§  Untuk mencegah terjadinya infeksi yang berlanjut pada bayi

5.       Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat     ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.

                       Tujuan : cairan terpenuhi.

                       Kriteria hasil :
§  Bebas dari tanda-tanda dehidrasi
§  Menunjukan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.

Intervensi
Rasional
Mandiri :
§  Bandingkan masukan dan pengeluaran urine setiap shift dan keseimbangan kumulatif setiap periodik 24 jam
§  Pantau berat jenis urine setiap selesai berkemih atau setiap 2-4 jam dengan menginspirasi urine dari popok bayi bila bayi tidak tahan dengan kantong penampung urine.
§  Evaluasi turgor kulit, membran mukosa, dan keadaan fontanel anterior.
§  Pantau tekanan darah, nadi, dan tekanan arterial rata-rata (TAR)



Kolaborasi :
§  Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai dengan indikasi Ht
§  Berikan infus parenteral dalam jumlah lebih besar dari 180 ml/kg, khususnya pada PDA, displasia bronkopulmonal (BPD), atau entero coltis nekrotisan (NEC)
§  Berikan tranfusi darah.
§  Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara kebutuhan terapi cairan kira-kira 80-100 ml/kg/hari pada hari pertama, meningkat sampai 120-140 ml/kg/hari pada hari ketiga postpartum. Pengambilan darah untuk tes menyebabkan penurunan kadar Hb/Ht.
§  Meskipun imaturitas ginjal dan ketidaknyamanan untuk mengonsentrasikan urine biasanya mengakibatkan berat jenis yang rendah pada bayi preterm ( rentang normal1,006-1,013). Kadar yang rendah menandakan volume cairan berlebihan dan kadar lebih besar dari 1,013 menandakan ketidakmampuan masukan cairan dan dehidrasi.
§  Kehialangan atau perpindahan cairan yang minimal dapat dengan cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh turgor kulit yang buruk, membran mukosa kering, dan fontanel cekung.
§  Kehilangan 25% volume darah mengakibatakan syok dengan TAR < 25 mmHg menandakan hipotensi.
§  Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas normal 45-53% kalium serum
§  Hipoglikemia dapat terjadi karena kehilangan melalui selang nasogastrik diare atau muntah.
§  Penggantian cairan darah menambah volume darah, membantu mengenbalikan vasokonstriksi akibat dengan hipoksia, asidosis, dan pirau kanan ke kiri melalui PDA dan telah membantu dalam penurunan komplikasi enterokolitis nekrotisan dan displasia bronkopulmonal.
§  Mungkin perlu untuk mempertahankan kadar Ht/Hb optimal dan menggantikan kehilangan darah.

6.      Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system sraf sentral dan respons stress fisiologis imatur.

Tujuan : pasien mendapatkan asuhan untuk mencegah cedera dan   memeprtahankan aliran darah sistemik dan otak memadai, glukosa dan oksigen otak adekuat; tidak memperlihatkan adanya perdarahan intaventrikular.

Kriteria hasil:
§  Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan tekanan intrakranial atau perdarahan intraventrikel.

Intervensi
Rasional
§  Kurangi rangsangan lingkungan
§  Organisasikan asuhan selama jamsibuk normal sebanyak mungkin
§  Tutup dan buka kelambu dan lampu tidur
§  Tutup inkubator dengan kain dan pasang tanda “jangan diganggu”
§  Kaji dan tangani nyeri menggunakan metode farmakologis dan non-farmakologis
§  Kenali tanda stres fisik dan stimulasi berlebih
§  Hindari obat dan larutan hipertonis
§  Pertahankan oksigenasi yang adekuat
§  Hindari memutar kepala ke samping tiba-tiba
§  Respons stres, terutama peningkatan tekanan darah, dapat miningkatkan resiko peningkatan TIK
§  Untuk meminimalkan gangguan tidur dan kebisingan intermiten yang sering
§  Untuk memungkinkan jadwal siang dan malam
§  Untuk mengurangi cahaya dan tidak membangunkan periode istirahat bayi
§  Nyeri meningkatkan tekanan darah
§  Untuk segera memberi intervensi yang memadai
§  Akan meningkatkan tekanan darah otak
§  Hipoksia akan meningkatkan aliran darah otak tekanan intrakranial
§  Akan mengurangi aliran arteri karotis dan oksigenasi ke otak
  

7.      Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.

                      Tujuan: pasien tidak memperlihatkan adanya nyeri yang dirasakan.

                      Kriteria hasil :
§  Pasien tidak merintih atau menangis kesakitan.
§  Pasien tidak memperlihatkan tanda nyeri atau tanda nyeri yang minimal.

Intervensi
Rasional
§  Kaji keefektifan upaya kontrol nyeri non farmakologis
§  Dorong orang tua untuk memberikan upaya kenyamanan bila mungkin
§  Tunjukkan sikap sensitif dan kasih sayang pada bayi
§  Beberapa upaya (misalnya menggosok) dapat meningkatkan distres bayi prematur
§  Sebagai orang tua bayi, kenyamanan lebih efektif diberikan langsung oleh orang tua kepada bayinya
§  Seorang bayi sangat membutuhkan kasih sayang, khususnya dari orang tua

8.      Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.

Intervensi
Rasional
§  Berikan nutrisi yang maksimal
§  Berikan periode istrahat yang teratur tanpa gangguan
§  Kenali tanda stimulus yang berlebihan (terkejut, menguap, aversi aktif, menangis)
§  Tingkatkan interaksi orang tua-bayi
§  Untuk menjamin penambahan berat badan dan pertunbuhan otak yang tetap
§  Untuk mengurangi panggunaan O2 dan kalori yang tidak perlu
§  Untuk membiarkan istirahat bayi denagn tenang
§  Sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal

9.      Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban kulit.

                       Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit.

                       Kriteria hasil:
§  Kulit tetap bersih dan utuh.
§  Tidak terlihat adanya tanda-tanda terjadinya iritasi.

Intervensi
Rasional
§  Observasi tekstur dan warna kulit.
§  Jaga kebersihan kulit bayi.
§  Ganti pakaian setiap basah.
§  Jaga kebersihan tempat tidur.
§  Lakukan mobilisasi tiap 2 jam.
§  Untuk mengetahui adanya kelainan pada kulit secara dini
§  Meminimalkan kontak kulit bayi dengan zat-zat yang dapat merusak kulit pada bayi
§  Untuk meminimalisir terjadinya iritasi pada kulit bayi
§  Untuk mencegah kerusakan kulit pada bayi

10.  Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat sembuh.

Tujuan: keluarga mendapat informasi tentang kemajuan kondisi bayinya.

                       Kriteria hasil:
§  Orang tua atau keluarga mengekspresikan perasaan dan keprihatinan mengenai bayi dan prognosis serta memperlihatkan pemahaman dan keterlibatan dalam asuhan.

Intervensi
Rasional
§  Kaji tingkat pemahaman klien berikan instruksi /informasi pada klien maupun keluarga tentang penyakitnya, baik tertulis atau lisan.
§  Jelaskan proses penyakit individu. Dorong orang terdekat menanyakan pertanyaan
§  Jelaskan tentang dosis obat, frekwensi, tujuan pengobatan dan alasan tentang pemberian obat kepeda keluarga
§  Kaji potensial efek samping obat
§  Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan diingatkan pada tahapan individu
§  Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
§  Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obatsesuai perbaikan kondisi pasien.
§  Mencegah/menurunkan ketidaknyaman sehubungan dengan terapi dan meningkatkan kerjasama.

 
2.9.4. Implementasi
       
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

2.9.5 Evaluasi
        
Merupakan hasil perkembangan klien dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.




                                    DAFTAR PUSTAKA



Anonymuous, 2015. http://www.pediatric.com/. Di akses Tanggal 10 April 2015.

Arizona Health Matters. 2015. Babies with Low Birth Weight. http://www.arizonahealthmatters.org/modules.php?op=modload&name=NS-Indicator&file=indicator&iid=17275074. Di akses Tanggal 10 April 2015.

Arief, Nurhaeni. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat. Yogyakarta : AR Group.

Betz, LC dan Sowden, LA. 2002. Keperawatan Pediatrik  - Edisi 3. Jakarta : EGC.

Bobak, Irene M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doenges, E.Marilynn. 2012.  Rencana Asuhan Keperawatan - Edisi 3.  Jakarta : EGC.

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : EGC.

Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media Action Publishing.

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka

Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

   






















2 comments: