LAPORAN
PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
Masalah Utama
Perilaku Kekerasan / Amuk / Marah
1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri
sendiri maupun orang lain. Sering di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana
seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang
tidak terkontrol (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan kekerasan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan (Stuart, 2007).
Perilaku kekerasan merupakan suau bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Budi Ana
Keliat, 2005).
2. Rentang Respon
Menurut Iyus Yosep, 2007 bahwa respons
kemarahan berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif.
Skema Rentang Respon Kemarahan
§ Perilaku asertif yaitu
mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau meyakiti
orang lain, hal ini dapat menimbulkan kelegaan pada individu
§ Frustasi adalah respon yang terjadi
akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak realistis atau hambatan dalam
proses pencapaian tujuan.
§ Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk engungkapkan
perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari suatu
tuntunan nyata.
§ Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan /
panik. Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan mengamuk, mendekati orang
lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya
klien dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
§ Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan
ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata
ancaman, melukai pada tingkat ringan sampa pada yang paling berat. Klien tidak mampu mengendalikan diri.
3. Penyebab (Predisposisi dan Presipitasi)
A.
Faktor Predisposisi
a. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya : pada masa
anak-anak yang mendapat perilaku kekerasan cenderung saat dewasa menjadi pelaku
perilaku kekerasan
b. Perilaku
Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu
maka kekerasan yang diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan
diadopsi dan dijadikan perilaku yang wajar
c.
Sosial Budaya
Budaya yang pasif – agresif dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah kekerasan adalah hal yang wajar
d. Bioneurologis
Beberapa berpendapat bahwa kerusaka
pada sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal, dan ketidakseimbangan
neurotransmitter ikut menyumbang terjadi perilaku kekerasan.
B.
Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan
sering kali berkaitan dengan (Yosep, 2009):
a.
Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau
simbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b.
Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
c.
Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga
serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d.
Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e.
Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan
obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang
terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan
tahap perkembangan keluarga.
4. Proses Terjadinya
Banyak hal yang dapat
menimbulkan stress, marah, cemas, dan HDR
pada individu. Agresif dapat menimbulkan kecemasan sehingga dapat
menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan. Kecemasan dapat diungkapkan melalui 3 cara:
1. Mengungkapkan marah secara verbal
2. Menekan/ mengingkari rasa marah
3. Menentang perasaan marah
Dengan cara tersebut
akan menimbulkan perasaan bermusuhan. Bila cara ini berlangsung terus menerus
maka dapat terjadi penyerangan dengan kekerasan disertai tindakan melempar yang
menimbulkan perasaan marah tersebut.
Respon terhadap marah
dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal berupa perilaku dekruktif
maupun agresif . Sedangkan secara internal dapat berupa perilaku yang merusak
diri.
Mengekspresikan marah dapat dengan perilaku destruktif
dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan direspon tanpa menyakiti
orang lain, serta memberikan perasaan lega.
5. Pohon Masalah
Resiko
tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan
|
Gangguan Konsep Diri : HDR | ||
6. Jenis / Tanda Gejala
a. Pengkajian awal : Alasan utama klien dibawa ke RS adalah PK dirumah.
b. Observasi: Muka merah, pandangan tajam,
otot tegang, nada suara tinggi, berdebat, klien sering memaksakan kehendak:
merampas makanan, memukul jika tidak senang.
c. Fisik : Mata melotot / pandangan tajam,
tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.
d. Verbal: Mengancam, mengupat dengan
kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar.
e. Perilaku: Menyerang orang lain,
melukai diri sendiri, orang lain,
merusak lingkungan, amuk/ agresif.
f. Emosi: Tidak adekuat, tidak aman dan
nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk,
ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
g. Intelektual: Mendominasi, cerewet,
kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada kasar.
h. Spritual: Merasa diri berkuasa, merasa
diri paling benar, keragu-raguan, tidak bermoral.
i.
Sosial: Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan,
ejekan dan sindiran.
j.
Perhatian: Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan
seksual.
Sedangkan tanda-tanda
adanya perilaku kekerasan yamg mengancam menurut (Santoso , 2007) adalah :
a.
Kata-kata keras/ kasar atau ancaman akan kekerasan
b.
Adanya perilaku agitatif
c.
Membawa benda-benda tajam atau senjata
d.
Adanya pikiran dan perilaku paranoid
e.
Adanya penyalah gunaan zat/ intoksikasi alkohol
f.
Adanya halusinasi dengar
yang memerintahkan untuk melakukan tindak kekerasan
g.
Kegelisahan katatonik
h.
Adanya penyakit di otak (terutama dilobus frontal)
7. Proses Keperawatan
A.
Pengkajian
Data yang perlu dikaji pada
masalah keperawatan perilaku kekerasan :
a.
Resiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
-
Klien mengatakan benci atau kesal pada
seseorang.
-
Klien suka membentak dan menyerang orang
yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
-
Riwayat perilaku
kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
-
Mata merah, wajah agak merah.
-
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,
menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
-
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
-
Merusak dan
melempar barang‑barang.
b.
Perilaku
kekerasan / amuk
Data Subyektif :
-
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
-
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
-
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif ;
-
Mata merah, wajah agak merah.
-
Nada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai.
-
Ekspresi marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam.
-
Merusak dan
melempar barang‑barang.
c.
Gangguan
harga diri : harga diri rendah
Data subyektif:
-
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak
bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
-
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung
bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin
mengakhiri hidup.
B.
Diagnosa Keperawatan
a.
Resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
b.
Perilaku kekerasan / amuk
C.
Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan
|
Kriteria
Evaluasi
|
Intervensi
|
Pasien mampu:
– Mengidentikasi penyebab dan tanda perilaku kekerasan – Menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan. – Menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan. – Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan. – Mengontrol perilaku kekerasannya dengan cara : – Fisik – Sosial / Verbal – Spiritual – Terapi Psikofarmaka (obat) |
Setelah…..x pertemuan, pasien mampu :
– Menyebutkan penyebab, tanda, gejala, dan akibat perilaku kekerasan. – Memperagakan cara fisik 1 untuk mengontrol perilaku kekerasan. |
SP 1
– Identifikasi penyebab, tanda dan gejala serta akibat perilaku kekerasan. – Latih cara fisik 1 : tarik nafas dalam – Masukkan dalam jadwal harian pasien |
Setelah …..x pertemuan, pasien mampu:
– Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan – Memperagakan cara fisik untuk mengontrol perilaku kekerasan. |
SP 2
– Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) – Latih cara fisik 2 : Pukul kasur / bantal – Masukkan dalam jadwal harian pasien. |
|
Setelah……x pertemuan pasien mampu :
– Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan – Memperagakan cara sosial / verbal untuk mengontrol perilaku kekerasan. |
SP 3
– Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2) – Latih secara sosial / verbal – Menolak dengan baik. – Meminta dengan baik – Mengungkapkan dengan baik – Masukkan dalam jadwal harian pasien. |
|
Setelah……x pertemuan, pasien mampu :
– Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan – Memperagakan cara spiritual |
SP 4
– Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2&3) – Latih secara spiritual – Berdoa – Sholat – Masukkan dalam jadwal harian pasien |
|
|
Setelah……x pertemuan, pasien mampu :
– Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan – Memperagakan cara patuh obat. |
SP 5
– Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2,3 & 4) – Latih patuh obat: – Minum obat secara teratur dengan prinsip 5 B – Susun jadwal minum obat secara teratur – Masukkan dalam jadwal harian pasien |
Keluarga mampu :
– Merawat pasien di rumah |
Setelah…..x pertemuan, keluarga mampu
menjelaskan penyebab, tanda dan gejala, akibat serta mampu memperagakan cara
merawat.
|
SP 1
– Identifikasi masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien – Jelaskan tentang perilaku kekerasan : – Penyebab – Akibat – Cara merawat – Latih cara merawat – RTL keluarga / jadwal untuk merawat pasien. |
Setelah……x pertemuan keluarga mampu
menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu merawat serta dapat
membuat RTL
|
SP 2
– Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) – Latih (simulasi) 2 cara lain untuk merawat pasien. – Latih langsung ke pasien – RTL keluarga / jadwall keluarga untuk merawat pasien. |
|
Setelah…..x pertemuan keluarga mampu
menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu merawat serta dapat
membuat RTL.
|
SP 3
– Evaluasi SP 1 dan SP 2 – Latih langsung ke pasien – RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien. |
|
Setelah…..x pertemuan keluarga mampu
melaksanakan Follow Up dan rujukan serta mampu menyebutkan kegiatan yang
sudah dilakukan.
|
SP 4
– Evaluasi SP 1,2 & 3 – Latih langsung ke pasien – RTL Keluarga – Follow Up – Rujukan |
8. Strategi Pelaksanaan Tindakan
SP 1 Pasien :
Membina hubungan saling percaya,
identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku
kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I
Orientasi:
“Selamat Pagi pak, perkenalkan nama
saya Baihaqi, panggil saya Abie saya mahasiswa Keperawatan dari Stikes Muhammadiyah Banjarmasin yang akan praktek
disini selama 5 minggu. Hari ini saya dinas
pagi dari pkl. 08.00-16.00. Saya yang akan merawat bapak selama Bapak di rumah
sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang
sekarang tentang perasaan marah bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?”
Bagaimana kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk
berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Kerja :
“Apa yang menyebabkan Bapak marah?, Apakah
sebelumnya bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang
sekarang?.
“Pada
saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri belum
menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak
rasakan?”
“Apakah Bapak
merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan?. Apa
kerugian cara yang bapak lakukan? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan
kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita
belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda
marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan
sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut seperti
mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan
tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana
perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara
rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa
melakukannya”
Terminasi :
“Oya Pak, karena sudah 10 menit, apakah
perbincangan ini mau diakhiri atau dilanjutkan?”
“Bagaimana perasaan bapak setelah
berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa
yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan
napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari
bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang
lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak”
|
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
a.
Evaluasi latihan nafas dalam
b.
Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan
bantal
c.
Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
Orientasi :
“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu
sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak
marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah
dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua”
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Kerja :“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang mari kita latihan
memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan
ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal.
Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan
marah. Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan
lagi?Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak.
Pukul kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam
15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara
tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak,
mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur dan bantal serta tarik
nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita
ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara
yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”
|
SP 3 Pasien :
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :
a.
Evaluasi jadwal harian untuk dua cara
fisik
b.
Latihan mengungkapkan rasa marah secara
verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan
baik.
c.
Susun jadwal latihan mengungkapkan marah
secara verbal
Orientasi :
“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu
lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas
dalam dan pukul kasur bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya
dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu
atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa
melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara
untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana
kalau di tempat yang sama?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15 menit?”
Kerja :
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk
mencegah marah. Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau
pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang
yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak: Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara
yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang
penyebab marahnya karena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba
Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti
bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak
praktekkan. Bagus pak.”
Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan
bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya
karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan
orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah
karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita
bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang
telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam
jadual. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita
buat jadwalnya?”
Coba masukkan
dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus
nanti dicoba ya Pak!”
“Bagaimana
kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk
mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di
mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti
|
SP 4 Pasien : Latihan mengontrol
perilaku kekerasan secara spiritual
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa
Orientasi :
“Selamat
Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang lagi” Baik,
yang mana yang mau dicoba?”
“Bagaimana pak, latihan apa
yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”
“Bagaimana kalau sekarang kita
latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita
berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”
“Berapa lama bapak mau kita
berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
Kerja :“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau dicoba?
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak
langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan
badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk
meredakan kemarahan.”
“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau
coba yang mana?Coba sebutkan caranya”
Terminasi :
Bagaimana perasaan bapak
setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara
mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan
ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak sholat. Baik kita
masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai
kesepakatan pasien)
“Coba bapak sebutkan lagi cara
ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa marah”
“Setelah
ini coba bapak lakukan jadual sholat
sesuai jadual yang telah kita buat tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya pak,
nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh
minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara
penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?”
|
SP 5 Pasien :
Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a.
Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.
b.
Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima
benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu
minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat
berhenti minum obat.
c.
Susun jadual minum obat secara teratur
ORIENTASI
“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita
ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas
dalam, pukul kasur bantal, bicara yang
baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan
tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau di tempat kemarin?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15 menit”
Kerja :
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa
saja? Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus!
“Obatnya ada
tiga macam pak, yang warnanya oranye
namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan
tegang, dan yang merah jambu ini
namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus
bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi,
jam 1 sian g, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa
kering, untuk membantu mengatasinya
bapak bisa mengisap-isap es batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya
istirahat dan jangan beraktivitas dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat
dulu label di kotak obat apakah benar
nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja
harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta
obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum
berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam
jadual ya pak.”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita
bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benar?”
“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak
minum! Bagaimana cara minum obat yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah
yang kita pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum
obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat
sejauh mana bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa
marah. Sampai jumpa”
|
SP 1 Keluarga: Memberikan
penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien perilaku kekerasan di rumah
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku
kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang
muncul dan akibat dari perilaku
tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi
pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau
memukul benda/orang lain
ORIENTASI
“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Baihaqi,
saya perawat dari ruang ...... ini, saya yang akan merawat bapak (pasien).
Nama ibu siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita
berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang Ibu hadapi?”
“Berapa lama
ibu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
“Di mana
enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di ruang tamu?”
KERJA
“Bu, apa
masalah yang Ibu hadapi/ dalam merawat Bapak? Apa yang Ibu lakukan? Baik Bu,
Saya akan coba jelaskantentang marah Bapak dan hal-hal yang perlu
diperhatikan.”
“Bu, marah
adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan dengan benar akan
membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.
Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk
adalah kalau dia merasa direndahkan, keinginan tidak terpenuhi. Kalau Bapak
apa penyebabnya Bu?”
“Kalau nanti
wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah, itu artinya
suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan melampiaskannya
dengan membanting-banting perabot rumah tangga atau memukul atau bicara
kasar? Kalau apa perubahan terjadi? Lalu apa yang biasa dia lakukan?””
“Nah bu, ibu
sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda-tanda
kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadual
latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal,
spiritual dan obat teratur”. Kalau bapak bisa melakukanya jangan lupa di puji
ya bu”
TERMINASI
“Bagaimana
perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat bapak?”
“Coba ibu
sebutkan lagi cara merawat bapak”
“Setelah ini
coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya bu”
“Bagaimana
kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang telah kita
bicarakan tadi langsung kepada bapak?”
“Tempatnya
disini saja lagi ya bu?”
|
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga melakukan
cara-cara mengontrol kemarahan
a.
Evaluasi
pengetahuan keluarga tentang marah
b.
Anjurkan
keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh
perawat
c.
Ajarkan
keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat melakukan
kegiatan tersebut secara tepat
d.
Diskusikan
bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien menunjukkan
gejala-gejala perilaku kekerasan
ORIENTASI
“Selamat pagi bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita ketemu lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.”
“Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu tanyakan?” “Berapa lama ibu mau kita latihan?“Bagaimana kalau kita latihan disini saja?, sebentar saya panggilkan bapak supaya bisa berlatih bersama”
KERJA
”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak lakukan. Bagus sekali. Coba perlihatkan kepada Ibu jadwal harian Bapak! Bagus!”
”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan Bapak.”
”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?”
”Masih ingat pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka yang harus dilakukan bapak adalah.......?”
”Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar
lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani dan bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali”.
“Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.
“Cara yang kedua masih ingat pak, bu?”
“ Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak semangat ya bu. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”. “Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak, coba praktekkan langsung kepada ibu cara bicara ini:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, Saya perlu uang untuk beli rokok! Coba bapak praktekkan. Bagus pak”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan?”
“Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu untuk meredakan kemarahan”.
“Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak jadi tenang, tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah”
“Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa minum obat? Bagus. Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat? Wah bagus sekali!”
“Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak dapatkan, ibu tolong selama di rumah ingatkan bapak untuk meminumnya secara teratur dan jangan dihentikan tanpa sepengetahuan dokter”
TERMINASI
“Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak?”
“Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”
“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal latihan yang telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk Bapak bila dapat melakukan dengan benar ya Bu!”
“ Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi Ibu bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak selama di rumah nanti.”
“Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.”
SP 3 Keluarga:
Menjelaskan perawatan lanjutan bersama keluarga
Buat perencanaan pulang bersama keluarga
ORIENTASI
“Selamat
pagi pak, bu, karena ibu dan keluarga sudah menetahui cara-cara yang
sebelumnya telah kita bicarakanya. Sekarang Bagaimana kalau kita
berbincang-bincang tentang perawatan lanjutan untuk keluarga Bapak/Ibu.
Apakah sudah dipuji keberhasilannya?”
“Nah
sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual kegiatan dan perawatan lanjutan di
rumah, disini saja?”
“Berapa lama
bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
KERJA
“Pak, bu, jadual yang telah dibuat tolong
dilanjutkan, baik jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita
lihat jadwal Bapak!”
“Hal-hal
yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
bapak selama di rumah. Kalau misalnya Bapak menolak minum obat
atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, maka bapak konsul kan
ke dokter atau di bawa kerumah sakit ini untuk dilakukan pemeriksaan ulang
pada bapak.”
TERMINASI
“ Bagaimana
Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan apa saja yang perlu
diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, kontrol; ke rumah sakit).
Saya rasa mungkin cukup sampai disini dan untuk persiapan pulang pasien
lainya akan segera saya siapkan”
|
PEDOMAN MANAJEMEN KRISIS SAAT TERJADI PERILAKU KEKERASAN
1. Tim Krisis Perilaku Kekerasan
Tim krisis perilaku kekerasan terdiri dari ketua tim
krisis yang berperan sebagai pemimpin (“leader”) dan anggota tim minimal 2
(dua)orang. Ketua tim adalah perawat yang berperan sebagai kepala ruangan,
penanggung jawab “shif” perawat primer, ketua tim atau staf perawat,
yang penting ditetapkan sebelum melakukan tindakan. Anggota tim krisis dapat
staf perawat, dokter atau konselor yang telah terlatih menangani krisis.
Aktifitas yang dilakukan oleh tim krisis adalah sebagai berikut (Stuart &
Laraia,1998):
§ Aktivitas ketua
tim krisis
§ Susun anggota
tim krisis
§ Beritahu
petugas keamanan jika perlu
§ Pindahkan klien
lain dari area penanganan
§ Ambil alat
pengikat (jika pengekangan akan dilakukan)
§ Uraikan
perencanaan penanganan pada tim
§ Tunjukkan
anggota tim untuk mengamankan anggota gerak klien
§ Jelaskan
tindakan pada klien dan berusaha membuat klien kooperatif
§ Ikat klien
dengan petunjuk ketua tim
§ Berikan obat
sesuai program terapi dokter
§ Pertahankan
sikap yang tenang dan konsisten terhadap klien
§ Evaluasi
tindakan yang telah dilakukan bersama anggota tim
§ Jelaskan
kejadian pada klien dan staf jika diperlukan
§ Integrasikan
klien kembali pada lingkungan secara bertahap
2. Pembatasan Gerak
Pembatasan gerak adalah memisahkan klien di tempat
yang aman dengan tujuan melindungi klien, klien lain dan staf dari kemungkinan
bahaya. Istilah yang biasa digunakan dirumah sakit jiwa untuk tempat pembatasan
gerak adalah kamar isolasi. Klien dibatasi pergerakannya karena dapat
mencederai orang lain atau dicederai orang lain, membutuhkan interaksi dengan
orang lain dan memerlukan pengurangan stimulus dari lingkungan (Stuart dan
Laraia, 1998). Langkah-langkah pelaksanaan pembatasan gerak adalah sebagai
berikut:
§ Tunjuk ketua
tim krisis
§ Jelaskan
tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien dan staf lain.
§ Jelaskan kepada
klien dan staf lain tentang perilaku yang diperlukan untuk mengakhiri tindakan.
§ Buat perjanjian
dengan klien untuk mempertahankan mengontrol perilakunya
§ Bantu klien
menggunakan metoda kontrol diri yang diperlukan.
§ Bantu klien
memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, kebersihan diri, dan kebersihan
kamar.
§ Lakukan
supervisi secara periodik untuk membantu dan memberikan tindakan keperawatan
yang diperlukan.
§ Libatkan klien
dalam memutuskan pemindahan klien secara bertahap
§ Dokumentasikan
alasan pembatasan gerak, tindakan yang dilakukan, respon klien dan alasan
penghentian pembatasan gerak.
3. Pengekangan/ pengikatan fisik
Pengekangan dilakukanjika perilaku klien berbahaya,
melukai diri sendiri atau orang lain (Rawhins, dkk, 1993) atau strategi
tindakan yang lain tidak bermanfaat. Pengekangan adalah pembatasan gerak klien
dengan mengikat tungkai klien (Stuart dan Laraia, 1998). Tindakan pengekangan
masih umum digunakan perawat disertai dengan penggunaan obat psikotropik
(Duxbury, 1999). Langkah-langkah pelaksanaan pengekangan (Start dan Laraia,
1998):
§ Beri suasana
yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena harga diri klien yang
berkurang karena pengekangan.
§ Siapkan junlah
staf yang cukup dengan alat pengekang yang aman dan nyaman.
§ Tunjuk satu
orang perawat sebagai ketua tim.
§ Jelaskan
tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti dan bukan
hukuman.
§ Jelaskan
perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf. Dan Jangan
mengikat pada pinggir tempat tidur. Ikat dengan posisi anatomis. Dan ikatan
tidak terjangkau klien.
§ Lakukan
supervisi yang adekuat dengan tindakan terapeutik dan pemberian rasa nyaman.
§ Beri aktivitas
seperti televisi, bacakan buku pada klien untuk memfasilitasi kerjasama klien
pada tindakan.
§ Perawatan pada
daerah pengikatan:
a) Pantau kondisi kulit
yang diikat: warna, temperatur, sensasi.
b) Lakukan latihan gerak
pada tungkai yang diikat secara bergantian setiap (dua) jam. Dan perubahan
posisi tidur.
c) Periksa tanda-tanda
vital tiap 2 (dua) jam.
§ Bantu pemenuhan
kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, dan kebersihan diri.
§ Libatkan dan
latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka secara bertahap.
Dan kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah ikatan dibuka satu
persatu secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan gerak kemudian
kembali ke lingkungan semula.
§
Dokumentasikan seluruh tindakan yang
dilakukan beserta respon klien
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD
Dr. Amino Gonohutomo, 2003
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., 2005, Ilmu Kedokteran Jiwa
Darurat (terjemahan), Widya Medika, Jakarta
Keliat, B.A., 2005, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi
2, EGC, Jakarta.
Stuart dan sundeen. 2004. Buku Saku Keperawatan Jiwa :
Jakarta. EGC
Maramis, W.f. 2005. Catatan
Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University Press.
No comments:
Post a Comment