Konsep
Dasar Manajemen Keperawatan
2.1.1.1 Pengertian
Manajemen
Kata
manajemen berasal dari bahasa Perancis ménagement, yang berarti seni
melaksanakan dan mengatur. Menurut Arwani (2006) manajemen didefinisikan
sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain untuk mencapai
tujuan organisasi dalam suatu lingkungan
yang berubah (Arwani, 2006).
Manajemen
merupakan suatau pendekatan yang dinamis dan pro aktif dalam menjalankan suatu
kegiatan dalam organisasi. Manajemen mencakup kegiatan POAC (Planning,
Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staff, sarana, dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey, 1999 dikutip dari Nursalam,
2015).
2.1.1.2 Pengertian
Keperawatan
Menurut Sudiharto (2007),
keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
dalam bentuk biopsikososial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh proses kehidupan. Hal ini didukung oleh pengertian profesi keperawatan
menurut ICN yang diartikan sebagai bagian dari
sistem kesehatan, mencakup promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, dan perhatian pada masalah psikis, penyakit
mental, dan kecacatan manusia pada semua umur pada pelayanan kesehatan dan alur
komunitas lainnya (Marteau, 2003). Tak hanya itu, Virginia Henderson (dalam
Dwidiyanti, 1998) juga mendukung pengertian profesi keperawatan ini, yang
diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu baik sehat maupun
sakit untuk mencapai keadaan sehat atau sembuh dari penyakit, sehingga ia
mempunyai kekuatan, keinginan dan pengetahuan.
2.1.1.3 Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses perubahan
atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan
pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengaturan ketenagaan, pengarahan, evaluasi dan pengendalian mutu keperawatan.
(Depkes RI, 2001).
Manajemen Keperawatan adalah suatu proses bekerja
melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional (Gillies, 2005 dikutip dari Kholid
Rosyid, 2013).
Swansburg (2000) menyatakan bahwa, manajemen
keperawatan berhubungan dengan perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing),
pengaturan staff (staffing),
kepemimpinan (leading), dan
pengendalian (controlling)
aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi departemen keperawatan dan
dari sub unit departemen.
2.1.1.4
Fungsi Manajemen
Keperawatan
Ditjen Bina
Upaya Kesehatan (2011) menyebutkan fungsi manajemen dalam pelayanan dan asuhan
keperawatan mencakup: pengumpulan data, perencanaan, pengorganisasian,
ketenagaan, pengarahan dan pengawasan. Sebagai indikator bahwa manajemen
terlaksana dengan baik adalah kualitas pelayanan meningkat, adanya pengembangan
staf dan riset terapan untuk menghasilkan tehnologi keperawatan.
Untuk lebih jelasnya mengenai fungsi manajemen yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan landasan pokok dan menjadi salah satu fungsi
manajemen yang memegang peranan penting dalam menjamin tercapainya tujuan yang
diinginkan. Dalam penyusunan rencana yang baik, butuh dana dan informasi yang
akurat dari penelitian dan pembuktian lapangan.
Proses perencanaan dapat ditinjau dari tiga
segi, yaitu:
a.
Mengetahui sifat-sifat atau ciri-ciri suatu rencana
yang baik. Setelah ciri-ciri itu diketahui lalu diusahakan agar rencana yang
dibuat memenuhi syarat-syarat tersebut.
b.
Memandang proses
perencanaan sebagai suatu rangkaian pertanyaan yang harus dijawab dengan
memuaskan.
c.
Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah
yang harus dipecahkan dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah.
Perencanaan pelayanan keperawatan adalah fungsi dasar
dari manajemen yang merupakan tugas utama dari semua manajer keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis berdasarkan teori teori manajemen.
2.
Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian yaitu menggerakkan sumber daya
manusia dan suber daya yang dimiliki institusi untuk mencapai tujuan
organisasi. Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi
yang sesuai dengan tujuan organisasi sumber daya-sumber daya yang dimilikinya,
dan lingkungan yang melingkupinya. Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan
membagi suatu kegiatan besar manjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.
Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan
orang yang dibutuhkan untuk melaksakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi
tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa
yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakan, bagaimana tugas-tugas
tersebut dikelompokan, siapa yang bertanggungjawab atas tugas tersebut, pada
tingkatan mana keputusan harus diambil.
Pengorganisasian manajemen keperawatan adalah
pengelompokan/pengaturan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
organisasi yang meliputi supervisi, koordinasi dengan unit kerja lain baik
secara vertikal maupun horizontal. (Depkes RI, 2001).
3.
Penggerakan (Actuating)
Penggerakan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat
pada bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganuya secara efektif
serta efesian dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Di dalam manajemen,
pengarahan ini bersifat sangat komplek karena di samping menyangkut manusia
juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri.
4.
Pengendalian (Controlling)
Pengendalian merupakan fungsi manajemen yang dimaksud untuk mengetahui
apakah pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, dalam
artian pengawasan membandingkan antara kenyataan dengan standar yang telah
ditentukan sebelumnya. Pengawasan juga dimaksudkan untuk mencegah dan
mengadakan koreksi atau pembetulan apabila pelaksanaan menyimpang dari rencana
yang telah disusun.
Pengendalian pelayanan keperawatan adalah upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan secara
berkesinambungan. (Depkes RI,2001).
2.1.1.5 Prinsip
– Prinsip Manajemen
Prinsip – prinsip manajemen menurut
Arwani (2006) adalah: (a) Division
of work/pembagian pekerjaan, (b) Authority and responsibility/kewenangan dan tanggung jawab, (c)
Dicipline/disiplin, (d) Unity of command/kesatuan
komando, (e) Unity of direction/kesatuan
arah, (f) Sub ordination of individual to
generate interest/kepentingan individu tunduk pada kepentingan umum, (g) Renumeration of personal/penghasilan
pegawai, (h) Centralization/sentralisasi,
(i) Scalar of hierarchy/jenjang
hirarki, (j) Order/ketertiban, (k) Stability of tenure of personal/stabilitas
jabatan pegawai, (l) Equity/keadilan,
(m) Inisiative/prakarsa, (n) Esprit de Corps/kesetiakawanan korps.
2.1.1.6 Proses
Manajemen Keperawatan
Proses manajemen keperawatan sesuai
dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing-masing komponen saling
berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan
suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output,
kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dari proses manajemen
keperawatan antara lain informasi, personal, peralatan dan fasilitas. Proses
dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan
keperawatan, pengembangan staf dan riset. (Nursalam, 2007).
Kontrol yang digunakan dalam proses
manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi
penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme
timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, surveI kendali mutu
dan penampilan kerja perawat.
2.1.1.7 Prinsip-prinsip
Yang Mendasari Manajemen Keperawatan
Menurut Nursalam (2007),
prinsip-prinsip manajemen keperawatan adalah :
1.
Manajemen keperawatan berlandaskan
perencanaan karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
2.
Manajemen keperawatan dilaksanakan
melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai
waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan
kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
3.
Manajemen keperawatan akan
melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang
terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan
di berbergai tingkat manajerial.
4.
Memenuhi kebutuhan asuhan
keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan
apa yang pasien lihat, pikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin
utama dari seluruh tujuan keperawatan.
5.
Manajemen keperawatan harus
terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi
untuk mencapai tujuan.
6.
Pengarahan merupakan elemen
kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi,
koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
7.
Divisi keperawatan yang baik
memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
8.
Manajemen keperawatan menggunakan
komunikasin yang efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi
kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara
pegawai.
9.
Pengembangan staf penting untuk
dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat-perawat pelaksana menduduki posisi
yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi
dan menetapkan prinsip – prinsip melalui penetapan standar, membandingkan
penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan
prinsip- prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya bekerja
bersama-sama dalam perenacanaan dan pengorganisasian serta fungsi - fungsi
manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.1.1.8 Lingkup
Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah
menjadi sebuah industri besar yang melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan.
Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang
dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya
perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai
ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
didalamnya (Nursalam, 2015).
Keperawatan merupakan disiplin
praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini
dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana
meliputi:
1.
Menetapkan penggunakan proses
keperawatan.
2.
Melaksanakan intervensi
keperawatan berdasarkan diagnosa.
3.
Menerima akuntabilitas kegiatan
keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat.
4.
Menerima akuntabilitas untuk hasil
– hasil keperawatan.
5.
Mengendalikan lingkungan praktek
keperawatan.
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para
manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan
dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka
lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
a.
Manajemen operasional
Pelayanan
keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari
tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak
2) Manajemen menengah
3) Manajemen bawah
Tidak
setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya. Ada
beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang – orang tersebut agar
penatalaksanaannya berhasil. Faktor – faktor tersebut adalah:
1.
Kemampuan menerapkan pengetahuan
2.
Ketrampilan kepemimpinan
3.
Kemampuan menjalankan peran
sebagai pemimpin
4.
Kemampuan melaksanakan fungsi
manajemen
b.
Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen
Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep –
konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengendalian atau evaluasi.
2.2
Model
Asuhan Keperawatan
2.2.1
MAKP
(Model Asuhan Keperawatan Profesional)
2.2.1.1 Pengertian
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu sistem
(struktur,proses, dan nilai nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut Sitorus (2006)
2.2.1.2 Dasar pertimbangan pemilihan Model Asuhan
Keperawatn Profesional (MAKP)
Marquis & Huston (2009)
mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang
umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer.
Setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu
mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian
asuhan keperawatan yaitu:
1.
Sesuai dengan visi dan misi
institusi
2.
Dapat diterapkan proses keperawatan
dalam asuhan keperawatan.
3.
Efisien dan efektif penggunaan
biaya.
4.
Terpenuhinya kepuasan klien,
keluarga dan masyarakat.
5.
Kepuasan kinerja perawat.
2.2.2
MPKP
(Model Praktek Keperawatan Profesional)
2.2.2.1 Pengertian
MPKP (Model Praktek Keperawatan
Profesional) adalah suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai
profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Nursalam,
2007).
2.2.2.2 MPKP
Sebagai Pelayanan Prima Keperawatan
Menurut Nursalam (2007), MPKP
dikembangkan dalam beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia
yang ada yaitu:
1. Model
praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga
perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada yang sudah
doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di
ruangan tersebut juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian
klinis.
2. Model
Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga
perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis yang dapat
memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini digunakan
hasil-hasil penelitian keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan.
3. Model
Praktek Keperawatan Profesional I
Model
ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode pemberian asuhan
keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode yang digunakan pada model ini
adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang disebut tim
primer.
4. Model
Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru
tahap awal pengembangan yang akan menuju profesional I.
2.2.2.3 Jenis-Jenis
MPKP
Menurut Nursalam (2007), jenis-jenis MPKP adalah :
1. MPKP
Transisi
MPKP dasar yang tenaga
perawatnya masih ada berlatar belakang pendidikan SPK, namun kepala ruangan dan
ketua timnya dari D3 keperawatan.
2. MPKP
Pemula
MPKP dasar yang semua
tenaga perawatnya minimal D3 Keperawatan.
3. MPKP
Profesional
MPKP Profesional dibagi
3 tingkatan yaitu:
a. MPKP
I
MPKP yang tenaga perawat
pelaksananya minimal D3 Keperawatan, tetapi kepala ruangan (karu) dan ketua tim
(katim) mempunyai pendidikan minimal S1 Keperawatan.
b. MPKP
II
MPKP intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan mayoritas
Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenanga spesialis Keperawatan jiwa.
c. MPKP
III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners Keperawatan, sudah
memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan dokter keperawatan yang bekerja
di area keperawatan jiwa.
2.2.2.5 Peran
dan Tanggung Jawab Dalam MPKP
1. Peran
Kepala Ruangan (Karu) :
a. Sebelum
melakukan sharing dan operan pagi, KARU melakukan ronde keperawatan kepada
pasien yang dirawat, meliputi : menanyakan keadaan pasien dan kebutuhannya
serta mengobservasi keadaan infuse, tetesan infus dan bila ada obat yang belum
diminum oleh pasien segera diberikan dengan memberikan motivasi kepada pasien
tentang kegunaan obat.
b. Memimpin
sharing pagi.
c. Memimpin
operan pagi.
d. Memastikan
pembagian tugas perawat yang telah dibuat oleh Ka.Tim dalam pemberian asuhan
keperawatan pada hari itu.
e. Memastikan
seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan baik, meliputi : pengisian Askep,
Visite Dokter (Advise), pemeriksaan penunjang (hasil Lab), dll.
f. Memastikan
ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan kebutuhan.
g. Mengelola
dan menjelaskan komplain dan konflik yang terjadi di area tanggung jawabnya.
h. Melaporkan
kejadian luar biasa kepada manajer.
2. Ketua
Tim (KATIM) :
Tugas Utama: Mengkoordinir pelaksanaan Askep
sekelompok pasien oleh Tim keperawatan dibawah koordinasinya.
a. Mengidentifikasi
kebutuhan perawatan seluruh pasien yang dikoordinirnya pada saat Pre Confrence.
b. Memastikan
seluruh PP membuat rencana asuhan yang tepat untuk setiap pasiennya.
c. Memastikan
setiap PA melaksanakan asuhan keperawatan sesuai rencana yang telah dibuat PP.
d. Melaksanakan
validasi tindakan keperawatan seluruh pasien dibawah koordinasinya pada saat Post Confrence.
3. Penanggung
Jawab Shift (PJ Shift) :
Tugas Utama : Menggantikan fungsi pengatur pada saat
shift sore/malam dan hari libur.
a. Memimpin
kegiatan operan shift sore-malam.
b. Memastikan
PP melaksanakan follow up pasien tanggung jawabnya.
c. Memastikan
seluruh PA melaksanakan Askep sesuai rencana yang telah dibuat PP.
d. Mengatasi
permasalahan yang terjadi diruang perawatan.
e. Membuat
laporan kejadian kepada pengatur ruangan.
4. Perawat
Pelaksana (PP) & Perawat Asosiet (PA) :
Tugas Utama
:Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien yang menjadi tanggung
jawabnya, merencanakan asuhan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan
dan melakukan evaluasi (follow up) perkembangan pasien.
a. Mengevaluasi
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh PA.
b. Memastikan
seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
2.2.3
Model
Modular
2.2.3.1 Pengertian
Model Modular
Model modular adalah
pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
profesional dan non profesional (terampil) untuk sekelompok klien dari mulai
masuk rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan.
Metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan memiliki
kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 klien. Keunggulan dan
kekurangan metode ini sampai dengan gabungan antara metode tim dan metode
perawatan primer (Arwani, 2006).
Menurut Arwani (2006) metode
keperawatan moduler adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer. Metode
ini merupakan gabungan antara metode tim dengan metode primer. Metode ini sama
dengan metode tim karena baik perawat profesional maupun non-profesional
bekerja bersama dalam memberikan asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan
seorang perawat profesional. Di samping itu, dikatakan memiliki kesamaan dengan
metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab
atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan hingga pulang, bahkan
sampai dengan waktu follow up care.
Dalam memberikan asuhan keperawatan
dengan menggunakan metode keperawatan moduler, satu tim yang terdiri dari 2
hingga 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien berkisar
8-12 orang. Hal ini tentu saja dengan suatu persyaratan peralatan yang
dibutuhkan dalam perawatan cukup memadai.
Sekalipun di dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan menggunakan metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga
perawat, tanggung jawab yang paling besar tetap ada pada perawat profesional.
Perawat profesional juga memiliki kewajiban untuk membimbing dan melatih
non-profesional. Apabila perawat profesional sebagai ketua tim dalam
keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan
oleh perawat profesional lainnya yang berperan sebagai ketua tim. Peran perawat kepala ruang diarahkan dalam
hal membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan untuk bekerja sama,
dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta memotivator.
2.2.3.1 Keuntungan
dan Kelebihan Model Modular
1. Keuntungan
Model Modular :
a. Memfasilitasi pelayanan keperawtan yang
komprehensif dan holistic dengan pertanggung jawaban yang jelas.
b. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan.
c. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf
dapat ditekan melalui rapat tim, cara ini efektif untuk belajar.
d. Memberi kepuasaan anggota tim dalam hubungan
interpersonal.
e. Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim
yang berbeda-beda dengan aman dan efektif.
f. Produktif karena kerjasama, komunikasi dan
moral.
g. Model praktek keperawatan professional dapat
dilakukan atau diterapkan.
h. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
i.
Memberikan
kepuasan bagi pasien dan keluarga yang menerima asuhan keperawatan.
j.
Lebih
mencerminkan otonomi.
k. Menurunkan dana perawat.
2. Kekurangan Model Modular :
a. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien
banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
b. Pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian
selama perawat penanggung jawab pasien bertugas.
c. Biaya
relatif lebih tinggi dibandingakan metode lain.
d. Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan
teknologi kesehatan/ kedokteran.
e. Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan.
f. Masalah komunikasi.
2.2.4
Model
Perawatan Primer (Primary Nursing)
2.2.4.1 Pengertian
Model Primer
Model primer adalah metode
pemberian asuhan keperawatan dilakukan oleh perawat primer yang
bertanggungjawab selama 24 jam terus menerus terhadap beberapa pasien, selama
pasien dirawat dampai pasien pulang. Ketika perawat primer tidak hadir, perawat
asosiate melaksanakan asuhan sesuai rencana (Gilies, 2009).
2.2.4.2 Kelebihan
dan Kekurangan Model Primer
Kelebihan model ini adalah menjamin
asuhan berkualitas dan holistik, kinerja fungsi, kepuasan klien dan keluarga
tinggi, pelayanan bersifat holistik, konsisten dan kontinyu serta akuntabilitas
perawat primer tinggi.
1. Keuntungan
:
a. Model
praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
b. Memungkinkan
asuhan keperawatan yang komprehensif.
c. Memungkinkan
penerapan proses keperawatan.
d. Memberikan
kepuasan kerja bagi perawat.
e. Memberikan
kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan .
2. Kerugian
:
a.
Hanya dapat dilakukan oleh perawat
profesional
b.
Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan
metode lain
2.2.5
Metode
Perawatan TIM
2.2.5.1 Pengertian
Adalah suatu bentuk sistem/metoda
penugasan pemberian asuhan keperawatan, dimana Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana
dalam beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh seorang perawat
professional/berpengalaman. Metoda ini digunaklan bila perawat pelaksana
terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya. (Arwani,
2006)
Ketua tim mempunyai tanggung jawab
untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung
jawab kegiatan anggota tim. Tujuan metoda penugasan keperawatan tim untuk
memberikan keperawatan yang berpusat kepada pasien. Ketua Tim melakukan
pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien, dan anggota tim
bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana asuhan
keperawatan yang telah dibuat. Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-sama
dalam kelompok, maka ketua tim seringkali melakukan pertemuan bersama dengan
anggota timnya (konferensi tim) guna membahas kejadian-kejadian yang dihadapi
dalam pemberian asuhan keperawatan.
2.2.5.2 Kelebihan
dan Kekurangan Metode Tim
1. Kelebihan
:
a. Melibatkan semua anggota tim dalam
asuhan keperawatan pasien.
b. Akan menghasilkan kualitas asuhan
keperawatan yang dapaty dipertanggung jawabkan.
c. Membutuhkan biaya lebih
sedikit/murah, dibanding sistem penugasan lain.
d. Pelayanan yang diperoleh pasien
adalah bentuk pelayanan professional.
2. Kekurangan
:
a. Dapat menimbulkan pragmentasi dalam
keperawatan.
b. Sulit untuk menentukan kapan dapat
diadakan pertemuan/konferensi, karena anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
c. Ketua tim lebih bertanggung jawab
dan memiliki otoritas, dibandingkan dengan anggota tim.
2.2.6
Model
Perawatan Fungsional
2.2.6.1 Pengertian
Sistem penugasan ini berorinetasi
pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap perawat
pelaksana, misalnya seorang perawat ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian
obat, perawat yang lain untuk mengganti verband, penyuntikan, observasi
tanda-tanda vital, dan sebagainya. Tindakan ini di distribusikan berdasarkan
tingkat kemampuan masing-masing perawat pelaksana. Oleh karena itu Kepala Ruang
terlebih dahulu mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan tersebut,
selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan
yang dimaksudkan. Setiap perawat pelaksana bertanggung jawab langsung kepada
kepala Ruangan. Tidak ada perawat pelaksana yang bertanggung jawab penuh untuk
asuhan keperawatan pada seorang pasien (Arwani, 2006).
2.2.6.2 Kelebihan
dan kekurangan Model Fungsional
1. Kelebihan
:
a. Menyelesaikan banyak pekerjaaan
dalam waktu singkat.
b. Tepat metoda ini bila ruang rawat
memiliki keterbatasan/kurang tenaga keperawatan professional.
c. Perawat lebih terampil, karena
orientasi pada tindakan langsung dan selalu berulang-ulang dikerjakan.
2. Kerugian :
a. Memilah-milah asuhan keperawatan
oleh masing-masing perawat.
b. Menurunkan tanggung gugat dan
tanggung jawab.
c. Hubungan perawat-pasien sulit
terbentuk.
d. Pelayanan tidak professional.
e. Pekerjaan monoton, kurang tantangan.
2.3
SWOT
Analisis
SWOT
(singkatan bahasa Inggris
dari kekuatan/ strengths, kelemahan/ weaknesses, kesempatan/ opportunities, dan
ancaman/ threats) adalah metode perencanaan strategis
yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
dalam suatu proyek
atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang
spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal
dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey,
yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford
pada dasawarsa 1960-an
dan 1970-an
dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.
Sebelum melakukan perencanaan, maka perlu dikaji terlebih dahulu beberapa hal.
Focus identifikasi bisa menggunakan pendekatan yang lazim dipakai yaitu SWOT.
Di dalam pendekatan ini kita akan mengumpulkan semua data tentang tenaga
keperawatan, adimistrasi dan bagian keuangan yang akan mepengaruhi fungsi
organisasi keperawatan secara keseluruhan. Setiap data akan di kelompokan
apakah merupakan kekuatan, kelemahan, kesempatan ataukah merupakan ancaman bagi
oraganisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arwani.
(2006). Manajemen Bangsal Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Ayuningtyas,
Dumilah. (2005). Manajemen Strategis
Rumah Sakit. Jakarta : FKM-UI.
Cecep
Triwibowo. (2013). Manajemen Pelayanan
Keperawatan Di Rumah Sakit. Jakarta : Trans Info Media.
Depkes.
(2008). Profil Kesehatan Indonesia. http://www.depkes.go.id.
diakses tanggal 07-10-2015 Pukul 10.00 Wita.
Dwidiyanti,
M. (1998). Aplikasi Model Konseptual
Keperawatan. Semarang: Akper Pemprov.
Gillies,
DA. (2005). Manajemen Keperawatan Suatu
Pendekatan Sistem Edisi Kedua. Terjemahan Illios W.B Sounders Company.
Gillies,
DA. (2009), Manajemen Keperawatan, suatu
Pendekatan Sistem; W.B. Saunders Company, Philadephia.
Kepmenkes
1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Kholid
Rosyidi. (2013). Manajemen Kepemimpinan
Dalam Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media.
Kozier
B et al. (2004). Foundamental Of Nusing
Concept & Procedures. California
: Addison Wesley. Pudl. Comp.
Marquis,
L Bessie and Carol J. Huston. (2009). Leadership Roles and Management Fungtions in
Nursing, Theory and Application. Lippincott: Philadelphia.
Marteau, J. (2003). Standards and
Competencies Series An Implementation Model for the ICN Framework of
Competencies for the Generalist Nurse. Switzerland.
Nursalam.(2007). Manajemen
Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam.
(2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi
dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika.
Purwanto.
(2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif
Untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Potter,
AA., & Perry, AG. 2005. Buku Ajar Foundamental Keperawatan, Proses
& Praktis (Rencana Komalasari, et
al, penerjemah ed. Ke 4). Jakarta :
EGC.
Ratna
Sitorus & Rumondang Panjaitan. (2011). Manajemen
Keperawatan : Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta : CV Sagung
Seto
Sitorus, Ratna.
(2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:Penataan
Struktur dan Proses (sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat.
Panduan Implementasi. Jakarta: EGC.
Swansburg,
RC. (2000). Pengantar Kepemimpinan
& Manajemen Kerawatan. Jakarta :
EGC.
No comments:
Post a Comment