Tuesday, 10 November 2015

Tinjauan Teori Manajemen Keperawatan



Konsep Dasar Manajemen Keperawatan


2.1.1.1  Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Perancis ménagement, yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Menurut Arwani (2006) manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain untuk mencapai tujuan  organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah (Arwani, 2006).

Manajemen merupakan suatau pendekatan yang dinamis dan pro aktif dalam menjalankan suatu kegiatan dalam organisasi. Manajemen mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staff, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey, 1999 dikutip dari Nursalam, 2015).

2.1.1.2  Pengertian Keperawatan
Menurut Sudiharto (2007), keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, dalam bentuk biopsikososial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan. Hal ini didukung oleh pengertian profesi keperawatan menurut ICN yang diartikan sebagai bagian dari

sistem kesehatan, mencakup promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan perhatian pada masalah psikis, penyakit mental, dan kecacatan manusia pada semua umur pada pelayanan kesehatan dan alur komunitas lainnya (Marteau, 2003). Tak hanya itu, Virginia Henderson (dalam Dwidiyanti, 1998) juga mendukung pengertian profesi keperawatan ini, yang diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit untuk mencapai keadaan sehat atau sembuh dari penyakit, sehingga ia mempunyai kekuatan, keinginan dan pengetahuan.

2.1.1.3  Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan, evaluasi dan pengendalian mutu keperawatan. (Depkes RI, 2001).

Manajemen Keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Gillies, 2005 dikutip dari Kholid Rosyid, 2013).

Swansburg (2000) menyatakan bahwa, manajemen keperawatan berhubungan dengan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staff (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling) aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi departemen keperawatan dan dari sub unit departemen.

2.1.1.4  Fungsi Manajemen Keperawatan
Ditjen Bina Upaya Kesehatan (2011) menyebutkan fungsi manajemen dalam pelayanan dan asuhan keperawatan mencakup: pengumpulan data, perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan pengawasan. Sebagai indikator bahwa manajemen terlaksana dengan baik adalah kualitas pelayanan meningkat, adanya pengembangan staf dan riset terapan untuk menghasilkan tehnologi keperawatan.

Untuk lebih jelasnya mengenai fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan adalah sebagai berikut:
1.    Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan landasan pokok dan menjadi salah satu fungsi manajemen yang memegang peranan penting dalam menjamin tercapainya tujuan yang diinginkan. Dalam penyusunan rencana yang baik, butuh dana dan informasi yang akurat dari penelitian dan pembuktian lapangan.
Proses perencanaan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu:
a.    Mengetahui sifat-sifat atau ciri-ciri suatu rencana yang baik. Setelah ciri-ciri itu diketahui lalu diusahakan agar rencana yang dibuat memenuhi syarat-syarat tersebut.
b.   Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian pertanyaan yang harus dijawab dengan memuaskan.
c.    Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah.

Perencanaan pelayanan keperawatan adalah fungsi dasar dari manajemen yang merupakan tugas utama dari semua manajer keperawatan dan merupakan proses yang sistematis berdasarkan teori teori manajemen.

2.    Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian yaitu menggerakkan sumber daya manusia dan suber daya yang dimiliki institusi untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi sumber daya-sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya. Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar manjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakan, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokan, siapa yang bertanggungjawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.

Pengorganisasian manajemen keperawatan adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi yang meliputi supervisi, koordinasi dengan unit kerja lain baik secara vertikal maupun horizontal. (Depkes RI, 2001).

3.    Penggerakan (Actuating)
Penggerakan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat pada bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganuya secara efektif serta efesian dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Di dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat komplek karena di samping menyangkut manusia juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri.

4.    Pengendalian (Controlling)
Pengendalian merupakan fungsi manajemen yang dimaksud untuk mengetahui apakah pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, dalam artian pengawasan membandingkan antara kenyataan dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan juga dimaksudkan untuk mencegah dan mengadakan koreksi atau pembetulan apabila pelaksanaan menyimpang dari rencana yang telah disusun.

Pengendalian pelayanan keperawatan adalah upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan secara berkesinambungan. (Depkes RI,2001).

2.1.1.5  Prinsip – Prinsip Manajemen
Prinsip – prinsip manajemen menurut Arwani (2006) adalah: (a) Division of work/pembagian pekerjaan, (b) Authority and responsibility/kewenangan dan tanggung jawab, (c) Dicipline/disiplin, (d) Unity of command/kesatuan komando, (e) Unity of direction/kesatuan arah, (f) Sub ordination of individual to generate interest/kepentingan individu tunduk pada kepentingan umum, (g) Renumeration of personal/penghasilan pegawai, (h) Centralization/sentralisasi, (i) Scalar of hierarchy/jenjang hirarki, (j) Order/ketertiban, (k) Stability of tenure of personal/stabilitas jabatan pegawai, (l) Equity/keadilan, (m) Inisiative/prakarsa, (n) Esprit de Corps/kesetiakawanan korps.
2.1.1.6  Proses Manajemen Keperawatan
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.

Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personal, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset. (Nursalam, 2007).

Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, surveI kendali mutu dan penampilan kerja perawat.

2.1.1.7  Prinsip-prinsip Yang Mendasari Manajemen Keperawatan
Menurut Nursalam (2007), prinsip-prinsip manajemen keperawatan adalah :
1.    Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
2.    Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
3.    Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.
4.    Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, pikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
5.    Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6.    Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
7.    Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
8.    Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai.
9.    Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat-perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.

Berdasarkan prinsip- prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya bekerja bersama-sama dalam perenacanaan dan pengorganisasian serta fungsi - fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.1.1.8  Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya (Nursalam, 2015).

Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi:
1.    Menetapkan penggunakan proses keperawatan.
2.    Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa.
3.    Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat.

4.    Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan.
5.    Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan.

Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
a.    Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak
2) Manajemen menengah
3) Manajemen bawah

Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang – orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor – faktor tersebut adalah:
1.      Kemampuan menerapkan pengetahuan
2.      Ketrampilan kepemimpinan
3.      Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4.      Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen

b.    Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep – konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.

2.2    Model Asuhan Keperawatan
2.2.1        MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional)
2.2.1.1  Pengertian
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu sistem (struktur,proses, dan nilai nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut Sitorus (2006)

2.2.1.2  Dasar pertimbangan pemilihan Model Asuhan Keperawatn Profesional (MAKP)
Marquis & Huston (2009) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan yaitu:
1.    Sesuai dengan visi dan misi institusi
2.    Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3.    Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4.    Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5.    Kepuasan kinerja perawat.




2.2.2        MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional)
2.2.2.1  Pengertian
MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) adalah suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Nursalam, 2007).

2.2.2.2   MPKP Sebagai Pelayanan Prima Keperawatan
Menurut Nursalam (2007), MPKP dikembangkan dalam beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada yaitu:
1.    Model praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada yang sudah doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di ruangan tersebut juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis.
2.    Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini digunakan hasil-hasil penelitian keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan.
3.    Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang disebut tim primer.

4.    Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan menuju profesional I.

2.2.2.3   Jenis-Jenis MPKP
Menurut Nursalam  (2007), jenis-jenis MPKP adalah :
1.    MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada berlatar belakang pendidikan SPK, namun kepala ruangan dan ketua timnya dari D3 keperawatan.
2.    MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaga perawatnya minimal D3 Keperawatan.
3.    MPKP Profesional
MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu:
a.    MPKP I
MPKP yang tenaga perawat pelaksananya minimal D3 Keperawatan, tetapi kepala ruangan (karu) dan ketua tim (katim) mempunyai pendidikan minimal S1 Keperawatan.
b.    MPKP II
MPKP intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan mayoritas Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenanga spesialis Keperawatan jiwa.
c.    MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan dokter keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa.


2.2.2.4  Bagan Struktural MPKP

 


2.2.2.5  Peran dan Tanggung Jawab Dalam MPKP
1.    Peran Kepala Ruangan (Karu) :
a.    Sebelum melakukan sharing dan operan pagi, KARU melakukan ronde keperawatan kepada pasien yang dirawat, meliputi : menanyakan keadaan pasien dan kebutuhannya serta mengobservasi keadaan infuse, tetesan infus dan bila ada obat yang belum diminum oleh pasien segera diberikan dengan memberikan motivasi kepada pasien tentang kegunaan obat.
b.    Memimpin sharing pagi.
c.    Memimpin operan pagi.
d.   Memastikan pembagian tugas perawat yang telah dibuat oleh Ka.Tim dalam pemberian asuhan keperawatan pada hari itu.
e.    Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan baik, meliputi : pengisian Askep, Visite Dokter (Advise), pemeriksaan penunjang (hasil Lab), dll.
f.     Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan kebutuhan.
g.    Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang terjadi di area tanggung jawabnya.
h.    Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer.

2.    Ketua Tim (KATIM) :
Tugas Utama: Mengkoordinir pelaksanaan Askep sekelompok pasien oleh Tim keperawatan dibawah koordinasinya.
a.    Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien yang dikoordinirnya pada saat Pre Confrence.
b.    Memastikan seluruh PP membuat rencana asuhan yang tepat untuk setiap pasiennya.
c.    Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan keperawatan sesuai rencana yang telah dibuat PP.
d.   Melaksanakan validasi tindakan keperawatan seluruh pasien dibawah koordinasinya pada saat Post Confrence.

3.    Penanggung Jawab Shift (PJ Shift) :
Tugas Utama : Menggantikan fungsi pengatur pada saat shift sore/malam dan hari libur.
a.    Memimpin kegiatan operan shift sore-malam.
b.    Memastikan PP melaksanakan follow up pasien tanggung jawabnya.
c.    Memastikan seluruh PA melaksanakan Askep sesuai rencana yang telah dibuat PP.
d.   Mengatasi permasalahan yang terjadi diruang perawatan.
e.    Membuat laporan kejadian kepada pengatur ruangan.

4.    Perawat Pelaksana (PP) & Perawat Asosiet (PA) :
Tugas Utama :Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya, merencanakan asuhan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi (follow up) perkembangan pasien.
a.    Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh PA.
b.    Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan rencana

2.2.3        Model Modular
2.2.3.1  Pengertian Model Modular
Model modular adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (terampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 klien. Keunggulan dan kekurangan metode ini sampai dengan gabungan antara metode tim dan metode perawatan primer (Arwani, 2006).

Menurut Arwani (2006) metode keperawatan moduler adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer. Metode ini merupakan gabungan antara metode tim dengan metode primer. Metode ini sama dengan metode tim karena baik perawat profesional maupun non-profesional bekerja bersama dalam memberikan asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan seorang perawat profesional. Di samping itu, dikatakan memiliki kesamaan dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan hingga pulang, bahkan sampai dengan waktu follow up care.

Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode keperawatan moduler, satu tim yang terdiri dari 2 hingga 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien berkisar 8-12 orang. Hal ini tentu saja dengan suatu persyaratan peralatan yang dibutuhkan dalam perawatan cukup memadai.

Sekalipun di dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab yang paling besar tetap ada pada perawat profesional. Perawat profesional juga memiliki kewajiban untuk membimbing dan melatih non-profesional. Apabila perawat profesional sebagai ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat profesional lainnya yang berperan sebagai ketua tim.  Peran perawat kepala ruang diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan untuk bekerja sama, dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta memotivator.

2.2.3.1  Keuntungan dan Kelebihan Model Modular
1.    Keuntungan Model Modular :
a.    Memfasilitasi pelayanan keperawtan yang komprehensif dan holistic dengan pertanggung jawaban yang jelas.
b.    Memungkinkan pencapaian proses keperawatan.
c.    Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui rapat tim, cara ini efektif untuk belajar.
d.   Memberi kepuasaan anggota tim dalam hubungan interpersonal.
e.    Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif.
f.     Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral.
g.    Model praktek keperawatan professional dapat dilakukan atau  diterapkan.
h.    Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
i.      Memberikan kepuasan bagi pasien dan keluarga yang menerima asuhan keperawatan.
j.      Lebih mencerminkan otonomi.
k.    Menurunkan dana perawat.
                     

2.    Kekurangan Model Modular :
a.    Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
b.    Pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab pasien bertugas.
c.    Biaya relatif lebih tinggi dibandingakan metode lain.
d.   Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi kesehatan/ kedokteran.
e.    Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan.
f.     Masalah komunikasi.




 2.2.4        Model Perawatan Primer (Primary Nursing)
2.2.4.1  Pengertian Model Primer
Model primer adalah metode pemberian asuhan keperawatan dilakukan oleh perawat primer yang bertanggungjawab selama 24 jam terus menerus terhadap beberapa pasien, selama pasien dirawat dampai pasien pulang. Ketika perawat primer tidak hadir, perawat asosiate melaksanakan asuhan sesuai rencana (Gilies, 2009).


2.2.4.2  Kelebihan dan Kekurangan Model Primer
Kelebihan model ini adalah menjamin asuhan berkualitas dan holistik, kinerja fungsi, kepuasan klien dan keluarga tinggi, pelayanan bersifat holistik, konsisten dan kontinyu serta akuntabilitas perawat primer tinggi.
1.    Keuntungan :
a.    Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
b.    Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif.
c.    Memungkinkan penerapan proses keperawatan.
d.   Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
e.    Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan .
2.    Kerugian :
a.       Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
b.      Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain

2.2.5        Metode Perawatan TIM
2.2.5.1  Pengertian
Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan keperawatan, dimana Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana dalam beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh seorang perawat professional/berpengalaman. Metoda ini digunaklan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya. (Arwani, 2006)

Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan anggota tim. Tujuan metoda penugasan keperawatan tim untuk memberikan keperawatan yang berpusat kepada pasien. Ketua Tim melakukan pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien, dan anggota tim bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat. Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim seringkali melakukan pertemuan bersama dengan anggota timnya (konferensi tim) guna membahas kejadian-kejadian yang dihadapi dalam pemberian asuhan keperawatan.

2.2.5.2  Kelebihan dan Kekurangan Metode Tim
1.    Kelebihan :
a.    Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.
b.    Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty dipertanggung jawabkan.
c.    Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem penugasan lain.
d.   Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan professional.

2.    Kekurangan :
a.    Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
b.    Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi, karena anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
c.    Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan dengan anggota tim.




 2.2.6        Model Perawatan Fungsional
2.2.6.1  Pengertian
Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya seorang perawat ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat yang lain untuk mengganti verband, penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya. Tindakan ini di distribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat pelaksana. Oleh karena itu Kepala Ruang terlebih dahulu mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan tersebut, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksudkan. Setiap perawat pelaksana bertanggung jawab langsung kepada kepala Ruangan. Tidak ada perawat pelaksana yang bertanggung jawab penuh untuk asuhan keperawatan pada seorang pasien (Arwani, 2006).

2.2.6.2  Kelebihan dan kekurangan Model Fungsional
1.    Kelebihan :
a.    Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.
b.    Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang tenaga keperawatan professional.
c.    Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu berulang-ulang dikerjakan.
2.    Kerugian :
a.    Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.
b.    Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
c.    Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
d.   Pelayanan tidak professional.
e.    Pekerjaan monoton, kurang tantangan.

2.3    SWOT
Analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris dari kekuatan/ strengths, kelemahan/ weaknesses, kesempatan/ opportunities, dan ancaman/ threats) adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.

Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500. Sebelum melakukan perencanaan, maka perlu dikaji terlebih dahulu beberapa hal. Focus identifikasi bisa menggunakan pendekatan yang lazim dipakai yaitu SWOT. Di dalam pendekatan ini kita akan mengumpulkan semua data tentang tenaga keperawatan, adimistrasi dan bagian keuangan yang akan mepengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan. Setiap data akan di kelompokan apakah merupakan kekuatan, kelemahan, kesempatan ataukah merupakan ancaman bagi oraganisasi. 



DAFTAR PUSTAKA


Arwani. (2006). Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC.

Ayuningtyas, Dumilah. (2005). Manajemen Strategis Rumah Sakit. Jakarta : FKM-UI.

Cecep Triwibowo. (2013). Manajemen Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit. Jakarta : Trans Info Media.

Depkes. (2008). Profil Kesehatan Indonesia. http://www.depkes.go.id.  diakses tanggal 07-10-2015  Pukul 10.00 Wita.

Dwidiyanti, M. (1998). Aplikasi Model Konseptual Keperawatan. Semarang: Akper Pemprov.

Gillies, DA. (2005). Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem Edisi Kedua. Terjemahan Illios W.B Sounders Company.

Gillies, DA. (2009), Manajemen Keperawatan, suatu Pendekatan Sistem; W.B. Saunders Company, Philadephia.


Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Kholid Rosyidi. (2013). Manajemen Kepemimpinan Dalam Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media.

Kozier B et al. (2004). Foundamental Of Nusing Concept &  Procedures. California : Addison Wesley. Pudl. Comp.

Marquis, L Bessie  and Carol J. Huston. (2009). Leadership Roles and Management Fungtions in Nursing, Theory and Application. Lippincott: Philadelphia.

Marteau, J. (2003). Standards and Competencies Series An Implementation Model for the ICN Framework of Competencies for the Generalist Nurse. Switzerland.

Nursalam.(2007). Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika.

Purwanto. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Potter, AA., & Perry,  AG. 2005. Buku Ajar Foundamental Keperawatan, Proses & Praktis  (Rencana Komalasari, et al, penerjemah ed. Ke  4). Jakarta : EGC.

Ratna Sitorus & Rumondang Panjaitan. (2011). Manajemen Keperawatan : Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta : CV Sagung Seto

Sitorus, Ratna. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:Penataan Struktur dan Proses (sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. Panduan Implementasi. Jakarta: EGC.

Swansburg, RC. (2000). Pengantar Kepemimpinan &  Manajemen Kerawatan. Jakarta : EGC.



No comments:

Post a Comment